Liputan6.com, Hong Kong - Perusahaan e-commerce terbesar di China, Alibaba telah mengajukan pendaftaran saham secara rahasia di Bursa Hong Kong.
Diperkirakan Alibaba kumpulkan dana hingga USD 20 miliar dari penawaran saham perdana pada kuartal III 2019.
Hal itu berdasarkan salah satu sumber Reuters, seperti dikutip dari CNBC, Jumat (14/6/2019). Pengumpulan dana dari bursa saham tersebut akan menjadi penjualan saham terbesar secara global dalam tujuh tahun ini.
Advertisement
Dengan dana IPO tersebut akan mendukung Alibaba untuk investasi teknologi. Hal ini juga menjadi prioritas China seiring pertumbuhan ekonomi melambat dan perang dagang meningkat dengan Amerika Serikat (AS).
Baca Juga
Alibaba memegang rekor untuk penawaran saham perdana terbesar di dunia dengan pengumpulan dana USD 25 miliar di Bursa New York pada 2014. Kemudian perseroan berharap untuk mencatatkan saham di Bursa Hong Kong. Akan tetapi, struktur manajemen perusahaan teknologi itu bertentangan dengan aturan di Hong Kong.
Kemudian otoritas Bursa Hong Kong mengubah aturan pencatatan pada 2018 terutama menarik perusahaan teknologi China.
Alibaba pun menolak untuk mengomentari kesepakatan pencatatan saham di Bursa Hong Kong oleh Reuters. Softbank, pemegang saham terbesar Alibaba dengan kepemilikan 28,7 persen juga tidak segera menanggapi hal tersebut.
Dikabarkan juga bank China International Capital Corp dan Credit Suisse juga membantu fasilitas kesepakatan. Namun, dua perseroan tersebut juga menolak berkomentar.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Beri Akses Langsung kepada Investor China
Adapun pencatatan saham Alibaba di Hong Kong akan menjadi kemenangan bagi Bursa Hong Kong. Hal ini mengingat hilangnya pendapatan ketika Alibaba memilih untuk mencatatkan saham di Bursa New York pada lima tahun lalu.
Berdasarkan data Refinitiv, rata-rata perdagangan saham Alibaba sekitar USD 2,2 miliar per hari pada kuartal I 2019. Dibandingkan omzet harian rata-rata di Bursa Hong Kong sebesar USD 12,9 miliar pada periode sama.
Pencatatan saham di Hong Kong juga memberi investor China akses langsung ke Alibaba, yang merupakan salah satu perusahaan mencatatkan kisah sukses terbesar di China. Investor dapat akses langsung dengan ada hubungan perdagangan di Bursa Hong Kong, Shanghai, dan Shenzhen.
Sejak tercatat di AS, nilai kapitalisasi pasar Alibaba hampir dua kali lipat dan mencapai USD 423 miliar, terbesar di Asia Pasifik.
Pengajuan pencatatan saham Alibaba terjadi di tengah meningatnya keresahan politik di Hong Kong pada pekan ini. Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran tentang dampak potensial terhadap pasar keuangan dan bisnis di Hong Kong.
Ribuan pengunjuk rasa telah turun jalan di China Selatan pada pekan ini atas perjanjian ekstradisi yang direncanakan dengan China daratan.
Sepanjang tahun berjalan 2019, indeks saham acuan Hong Kong Hang Seng naik 5,6 persen dibandingkan kenaikan indeks saham unggulan SI 300 sebesar 22,4 persen dan indeks saham S&P 500 di AS yang menguat 14,9 persen.
Advertisement
Alibaba Buka Toko di Luar Tiongkok
Sebelumnya raksasa e-Commerce asal Tiongkok, Alibaba mulai saat ini akan mengizinkan penjual dari luar Tiongkok berjualan di platform-nya.
Menurut laporan The Financial Times, AliExpress sudah membuka tokonya di Italia, Rusia, Spanyol dan Turki. Hal ini diharapkan bisa membantu Alibaba mengembangkan bisnis ritel mereka di seluruh dunia.
AliExpress, yang konsisten menjalankan bisnis ritel mereka, dikenal karena menjual barang-barang yang murah tapi berkualitas, seperti casing iPhone seharga 49 sen (Rp 7 ribu) atau tas-tas mewah palsu atau KW seharga beberapa dolar Amerika saja.
Tahun lalu, AliExpress mencatat kenaikan penjualan hingga 94 persen, demikian seperti dilansir dari Engadget, Minggu, 12 Mei 2019.
"Tahun ini adalah tahun pertama kami untuk menerapkan strategi 'local to global'. Strategi ini ditujukan untuk menghubungkan penjual dan pembeli di seluruh dunia," ujar Trudy Dai, presiden AliExpress.
Ekspansi global yang dilakukan Alibaba tertuju langsung pada Amazon, yang saat ini menyandang gelar sebagai bisnis ritel terbesar di dunia.
Kehadiran Alibaba di Tiongkok tentu tidak dapat dikalahkan, oleh karenanya Tiongkok berharap bisa melampaui harapan mereka dengan menjadi saingan Amazon.
Sementara, Amazon sendiri kesulitan melakukan penetrasi ke Tiongkok, karena sebagian besar masyarakat lebih memilih Alibaba dan JD.com untuk transaksi online. Bulan kemarin, Amazon sudah mengumumkan penutupan tokonya di Tiongkok.