Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu menguat selama sepekan usai libur Lebaran. Penguatan IHSG ditopang saham-saham kapitalisasi besar.
Mengutip laporan PT Ashmore Assets Management Indonesia, seperti ditulis Sabtu (15/6/2019), IHSG naik 0,66 persen ke posisi 6.250 pada Jumat 14 Juni 2019 dari posisi 6.209 pada Jumat 31 Mei 2019.
Baca Juga
IHSG menguat didorong saham kapitalisasi besar yang naik 0,83 persen selama sepekan. Hal itu dipicu sentimen suku bunga.
Advertisement
Meski demikian, investor asing masih melakukan aksi jual sekitar USD 15 juta atau sekitar Rp 214,90 miliar (asumsi kurs Rp 14.327 per dolar AS).
Di pasar obligasi, indeks naik 1,63 persen selama sepekan. Imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun mendatar di 7,68 persen. Sedangkan rupiah melemah ke posisi 14.325 per dolar AS. Investor asing beli obligasi mencapai USD 18,7 juta atau sekitar Rp 267,93 miliar hingga perdagangan Rabu pekan ini.
Lalu sentimen apa saja pengaruhi pasar keuangan global termasuk Indonesia? Pertama, perang dagang masih membayangi pasar keuangan global.
Amerika Serikat (AS) akan mengadakan dengar pendapat publik pada 17 Juni tentang usulan Presiden AS Donald Trump untuk mengenakan tarif produk China senilai USD 300 miliar.
Adapun dengar pendapat itu bagian meningkatnya serangan perdagangan oleh Trump terhadap pemerintahan China. Jika tarif diberlakukan, AS akan buat hampir semua impor China ke AS dikenakan bea masuk yang tinggi.
Sidang dengar pendapat itu akan melibatkan 3.805 kategori yang dapat dikenai tarif hingga 25 persen. Trump menyatakan menunda kesepakatan perdagangan dengan China dan tidak akan selesaikan negosiasi perjanjian kecuali Pemerintah China kembali ke persyaratan negosiasi pada awal 2019.
Di sisi lain, Donald Trump sedang mempertimbangkan pembangunan pipa gas Nord Stream antara Rusia dan Jerman.
Sementara itu, Presiden China Xi Jinping akan bertemu dengan Pemimpin Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri India Narendra Modi dalam KTT Organisasi Kerjasama Shanghai untuk perkuat hubungan bilateral.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Ketegangan Geopolitik
Ketegangan geopolitik meningkat di Teluk Oman juga jadi katalis pasar. Dua kapal tanker minyak rusak secara signifikan dalam dugaan serangan di Teluk Oman. Tak jelas apa yang sebabkan ledakan di kapal tanker Kokuka yang dimiliki Jepang.
Hal itu terjadi di tengah ketegangan AS-Iran yang tinggi. Kepada BBC, pejabat senior Iran menuturkan, kalau Iran tidak memiliki hubungan dengan insiden itu.
Aksi protes di Hong Kong menekan RUU ekstradisi juga menjadi sorotan. Demonstrasi besar pada Minggu dan terjadi lebih lanjut selama sepekan mencegah RUU ekstradisi. Sebanyak satu juta lebih orang melakukan aksi protes pada Rabu malam. Uni Eropa pun angkat suara dan kritik RUU ekstradisi dan menyerukan agar hak warga negara dihormati.
Advertisement
Data Ekonomi
Dari data ekonomi, inflasi AS turun dari posisi tertinggi dalam lima bulan. Tingkat inflasi tahunan AS turun menjadi 1,8 persen pada Mei 2019 dari level tertinggi dalam lima bulan. Angka ini di bawah perkiraan 1,9 persen. Sentimen tersebut meningkatkan harapan kalau bank sentral AS atau the Federal Reserve akan pangkas suku bunga pada 2019.
Tingkat inflasi inti yang tidak termasuk makanan dan bahan bakar hanya naik tipis 2 persen. Angka ini di bawah konsensus pasar 2,1 persen. Sementara itu, data gaji nonpertanian meningkat 75 ribu pada Mei 2019, menyusul kenaikan 225 ribu pada April.
Sentimen dalam negeri yaitu rilis cadangan devisa. Tercatat cadangan devisa Indonesia turun menjadi USD 120 miliar pada Mei dari posisi April sekitar USD 124 miliar. Ini seiring defisit perdagangan yang melebar dan rupiah melemah.
Sementara itu, inflasi Mei tercatat 0,68 persen dan 3,32 persen secara year on year (YoY). Angka ini dari harapan pasar masing-masing 0,53 persen dan 3,13 persen. Harga pangan, transportasi, komunikasi dan keuangan turut sumbang inflasi pada Mei 2019.