Sukses

Pelita Samudera Shipping Catat Pendapatan USD 30,7 Juta

Pelita Samudera Shipping telah membelanjakan USD 30,2 juta hingga Mei dari total belanja modal USD 61,3 juta pada 2019.

Liputan6.com, Jakarta - Di tengah perlambatan harga batu bara, PT Pelita Samudera Shipping Tbk (PSS) membukukan kenaikan pendapatan tidak diaudit hingga Mei 2019 sebesar USD 30,7 juta. Perolehan itu naik sebesar 19 persen dari periode sama pada tahun sebelumnya.

Adapun Harga Batu bara Acuan (HBA) pada Mei lalu tercatat terus turun dibanding bulan sebelumnya. HBA pada bulan tersebut menyentuh angka USD 81,86 per ton, atau turun 7,86 persen dibanding HBA April yang berada di posisi USD 88,85 per ton.

Menurut laporan yang dikeluarkan PSS, tarif pelanggan mengalami kenaikan untuk jasa kapal kargo curah bulk carrier (MV) serta kapal tunda dan tongkang (TNB) mengikuti fungsi permintaan pasar (supply and demand). 

PSS membeli tiga kapal MV dalam kurun waktu empat bulan. Adapun dua kapal jenis Supramax (53 ribu dwt) telah disewakan dalam jangka panjang selama lima tahun kepada Virtue-Dragon Nickel Indonesia. 

Sementara satu kapal Handysize (32 ribu dwt) juga disewakan dalam jangka waktu satu tahun untuk membawa kargo aluminium dan kargo curah lainya. 

Hingga Mei 2019, PSS telah membelanjakan USD 30,2 juta dari total belanja modal atau capital expenditure (capex) 2019 sebesar USD 61,3 juta. Perseroan menargetkan untuk mendatangkan satu kapal lagi dengan meningkatnya permintaan volume dalam negeri dan ekspor. 

Perusahaan juga telah menambah volume lini bisnis kapal MV dengan kenaikan volume dari periode sama tahun lalu. Hingga Mei 2019, total armada MV sejumlah 5 unit kapal dibandingkan hanya 1 unit sampai Mei 2018. 

Untuk prediksi pada semester II 2019, PSS melihat ada kenaikan volume dan pendapatan di bandingkan enam bulan pertama, dengan utilisasi dan volume bertambah dari semua lini bisnis. Perseroan menargetkan pertumbuhan pendapatan di atas 20 persen dibandingkan 2018. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

Alokasi Batu Bara Meningkat pada 2019

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan volume batu bara untuk dalam negeri ditetapkan‎ 128 juta ton. Sedangkan target produksi ditetapkan 490 juta ton pada 2019.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (Biro KLIK) Kementerian ESDM, Agung Pribadi mengatakan, ‎alokasi batu bara dalam negeri pada 2019 lebih tinggi, jika dibanding alokasi batu bara 2018 sebesar 121 juta ton.

"Alokasi batu bara untuk dalam negeri terus mengalami kenaikan, dari tahun ke tahun," kata Agung, di Jakarta, Kamis, 14 Februari 2019.

Agung menuturkan, agar ‎alokasi batu bara dalam negeri terpenuhi, instansinya telah membuat kebijakan berupa kewajiban untuk perusahaan penambang batu bara memasok 25 persen dari produksi batu baranya ke dalam negeri.

"Pelaku usaha wajib memasok 25 persen untuk dalam negeri," tutur dia.

Agung mengungkapkan, mayoritas batu bara dalam negeri akan digunakan sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), dengan alokasi sebanyak 95,7 juta ton.

"Sisanya dipakai untuk industri lain, seperti pupuk, semen, briket dan tekstile," ujar dia.

‎Sebelumnya, Direktur Pengadaan Strategis PLN, Supangkat Iwan Santoso mengatakan‎, ‎kebutuhan batu bara sektor kelistrikan meningkat ini, sebesar 96 juta ton dari sekitar 90 juta ton per tahun pada 2018.

Menurut Iwan, kenaikan  kebutuhan batu bara tersebut disebabkan bertambahnya PLTU yang beroperasi, untuk memenuhi kebutuhan listrik konsumen.  "Itu sudah termasuk dengan yang baru," tandasnya.

 

3 dari 3 halaman

Kebutuhan Batu Bara Sektor Kelistrikan

Sebelumnya, PT PLN (Persero) mencatat kebutuhan batu bara sepanjang 2019 mencapai 96 juta ton. Batu bara tersebut digunakan oleh PLN untuk memenuhi kebutuhan energi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Direktur Pengadaan Strategis PLN Supangkat Iwan Santoso mengatakan‎, ‎Kebutuhan batu bara sektor kelistrikan mengalami peningkatan pada tahun ini menjadi 96 juta ton dari sekitar 90 juta ton pada 2018.

"Kebutuhan batu bara untuk tahun ini dalam hitungan kami mencapai 96 juta ton," kata Iwan, di Jakarta, Senin 4 Februari 2019.

Kenaikan kebutuhan batu bara tersebut disebabkan bertambahnya PLTU yang beroperasi. Jadi ada penambahan PLTU baru sehingga kebutuhan naik," ujarnya.

Iwan mengungkapkan, dalam bauran energi porsi batu bara di atas 56 persen naik sekitar 2 persen jika dibanding tahun lalu. sedangkan sisanya Energi Terbarukan mencapai 12 persen serta gas menjadi 22 sampai 23 persen.

"Bauran energi tetap disesuaikan karena untuk menjaga keterjangkaun harga listrik. Kan harga naik terus. Batu bara saja nambah 2 persen," tutur dia.

Â