Sukses

Pan Brothers Genjot Ekspor ke Asia

PT Pan Brothers Tbk genjot pasar di Asia imbas perang dagang.

Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat (AS) dan China memutuskan kembali negosiasi dagang usai Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping melakukan pertemuan pada KTT G20 di Osaka, Jepang.

Wakil Direktur Utama PT Pan Brothers Tbk (PBRX), Anne Sutanto menuturkan,kalau langkah AS dan China tersebut belum ada dampak untuk perseroan. Ia menilai, meski perang dagang mereda tapi masih berlangsung.

"Hanya mereka setuju untuk membahas dan tidak menaikkan semena-menanya," ujar Anne saat dihubungi Liputan6.com, seperti ditulis Selasa (2/7/2019).

Ia melihat, kalau manufaktur secara jangka panjang sudah bergeser ke Asia Tenggara meski tanpa perang dagang. Saat ini, pangsa ekspor perseroan ke Asia sudah mencapai 50 persen.

"Perseroan melihat ini secara jangka panjang memang manufacturing tanpa trade wars sudah bergeser ke Asia Tenggara. Indonesia dan kita perlu siap dari dulu, apalagi sekarang,” tutur dia.

Adapun terkait perang dagang, perseroan menyatakan kalau hal tersebut meningkatkan permintaan perseroan termasuk ke AS. "Iya justru ini tambahan peningkatan rata-rata dari sini," kata dia.

Anne menambahkan, kalau produk Indonesia tidak kalah dari China. Hal penting yang perlu diperhatikan yaitu produktivitas dan efisiensi agar Indonesia bisa lebih dari negara produsen tekstil dan produk tekstil (TPT).

Terkait belanja modal sepanjang tahun berjalan 2019, Anne menuturkan, pihaknya sudah serap 60 persen belanja modal dari total USD 17 juta."Anggaran belanja modal untuk ekspansi di pembangunan pabrik di Tasikmalaya dan upgrade pabrik kita menuju industry 4.0," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

Terapkan Industri 4.0, Perusahaan Tekstil Ini Tegaskan Tak Kurangi Pegawai

Sebelumnya, Human Resources Management General Manager PT Pan Brothers Tbk, Nurdin Setiawan menyatakan, penerapan revolusi industri 4.0 tidak akan mengurangi jumlah tenaga kerja di perusahaannya.

Penerapan revolusi industri 4.0 ini juga akan difokuskan pada peningkatan output perusahaan yang bergerak di bidang tekstil tersebut.

"Jadi penerapan revolusi industri 4.0 tidak berpengaruh terhadap pengurangan tenaga kerja," ujar dia saat melakukan kunjungan industri di Kantornya, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat, 31 Agustus 2018.

Nurdin mengatakan, meski sudah melakukan automatisasi di pabriknya, sejumlah tenaga kerja yang bertugas di divisi akan dialihkan ke bagian perakitan produk (assembly). Hal itu guna menghindari terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK).

 

3 dari 3 halaman

Selanjutnya

Nurdin berharap, automatisasi yang dilakukan perusahaan dalam memproduksi dapat menambah produksi hingga dua kali lipat, tapi juga tetap memanfaatkan pekerjanya. Ini merupakan bentuk efisiensi mengingat pihaknya tidak perlu menambah pabrik baru untuk meningkatkan output-nya.

"Artinya orang tidak kita kurangkan tapi bagaimana output kita bisa berkali lipat sehingga dengan kapasitas sekarang 90 juta pcs per tahun itu tanpa harus menambah factory baru itu kita bisa meningkatkan output," ucap dia.

Diketahui, Presiden Joko Widodo secara resmi telah meluncurkan program Making Indonesia 4.0 pada acara Indonesia Industrial Summit (ISS) 2018 beberapa waktu lalu. Melalui implementasi Industri 4.0, diharapkan proses produksi manufaktur menjadi semakin efisien, sehingga terjadi peningkatan produktivitas dan daya saing.