Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dijadwalkan akan membuka perdagangan perdana saham tahun 2020 di Bursa efek Indonesia (BEI) pada Kamis ini. Selain Jokowi, akan hadir juga beberapa petinggi di dunia pasar modal seperti Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan beberapa pengusaha.
Dikutip dari agenda BEI, Kamis (2/1/2020), Jokowi akan hadir di BEI sekitar pukul 08.30 WIB. Presiden akan melakukan penekanan layar sentuh sebagai tanda pembukaan Indeks Harg Saham Gabungan (IHSG)Â tahun 2020 tepat pukul 09.00 WIB. Selain itu, Jokowi juga akan melakukan pidato usai melakukan seremoni pembukaan perdagangan.
Baca Juga
Sedangkan pada penutupan perdagangan 30 Desember 2019 kemarin, IHSGÂ ditutup di zona merah. Hanya tiga sektor saham yang berada di zona hijau membuat IHSG tersungkur jelang pergantian tahun.
Advertisement
Pada penutupan perdagangan saham, Senin (30/12/2019), IHSG ditutup turun 29,77 poin atau 0,47 persen ke posisi 6.299,53. Sementara itu, indeks saham LQ45 naik 0,81 persen ke posisi 1.014,47.
Selama perdagangan, IHSG berada di posisi tertinggi pada level 6.336,92 dan terendah 6.289,54.
Sebanyak 234 saham melemah sehingga mendorong IHSG ke zona merah. Sementara 195 saham menguat dan 151 saham diam di tempat.
Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 439.878 kali dengan volume perdagangan 15,7 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 11 triliun.
Sri Mulyani Tutup Perdagangan Saham 2019, IHSG Anjlok ke 6.229,53
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Sri Mulyani mengakui tahun ini menjadi titik berat bagi seluruh pelaku ekonomiMenteri Perdagangan Agus Supramanto secara resmi melakukan penutupan perdagangan pasar modal seiring dengan berakhirnya 2019. IHSG ditutup melemah di level 6.229,53 poin atau turun 0,47 persen dari perdagangan Jumat kemarin sebesar 6.329,31 poin.
Dalam sambutannya, Sri Mulyani mengakui tahun ini menjadi titik berat bagi seluruh pelaku ekonomi. Hal ini tercermin dari beberapa indikator ekonomi Indonesia yang menunjukan trend yang tidak begitu baik sepanjang tahun.
"Di dalam lingkungan ekonomi global tidak pasti kita perlu saling sinergi jaga ekonomi kita. Agar pelaku ekonomi bisa terus tumbuh dan lingkungan ekonomi kita terjaga," katanya di bursa efek indonesia, Jakarta, Senin (30/12).Â
BACA JUGA
Sri Mulyani menekankan, pemerintah perlu melakukan sinergi untuk merespon setiap perubahan yang terjadi baik di dalam negeri maupun luar. Hal itu dilakukan untuk menjaga ketahanan ekonomi dari tekanan global.
"Bagi pemerintah artinya harus lincah respon perbubahan terjadi," imbuh dia.
Di sisi lain, Bendahara Negara ini juga mengapresiasi kinerja positif pasar modal Indonesia sepanjang 2019. Menurut dia, di tengah bursa efek negara lain mencatat petumbuhan negatif, pasar modal Tanah Air mampu tumbuh positif sepanjang 2019.
"Saya apresiasi jajaran bursa yang melakukan kerja keras pada tahun 2019. Jumlah investor saham 2,4 juta tumbuh 40 persen dari 2018. Ini dilakukan disaat OJK dan BEK bersih bersih dari transaksi tidak baik bisa mencederai," katanya.
Dia menambahkan, pasar modal Indonesia akan tumbuh apabila reputasi dan regulasi dari regulator berjalan efektif. Dia pun berharap agar pembukaan perdagangan pasar modal pada Kamis (2/1) mendatang juga mampu memberikan kinerja postif
Advertisement