Sukses

Meski Tergelincir, IHSG Dianggap Lebih Aman dari Pasar Saham Negara Lain

IHSG di pasar modal Indonesia pada penutupan perdagangan saham Jumat (28/2/2020) kemarin terjun bebas 82,89 poin atau melorot 1,5 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Virus corona telah menginfeksi pergerakan saham di bursa global. Ini salah satunya terlihat dari pergerakan indeks Wall Street yang terkoreksi dalam enam sesi secara beruntun. Diperkirakan pasar saham di seluruh dunia telah kehilangan lebih dari USD 3,4 triliun dalam lima hari perdagangan.

Tak hanya di luar negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di pasar modal Indonesia pada penutupan perdagangan saham Jumat (28/2/2020) kemarin terjun bebas 82,89 poin atau melorot 1,5 persen.

Analis Bursa sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim menilai wajar pelemahan IHSG yang terjadi di pasar modal Indonesia. Terlebih mayoritas investasi yang berada di sana merupakan modal asing.

"Pada saat terjadi permasalahan virus corona kemudian gonjang-ganjing perekonomian global yang melambat, apalagi Bank Dunia dan IMF mengatakan bahwa kemungkinan besar PDB Tiongkok di kuartal pertama akan turun 1 persen, dan ini akan berimbas ke pertumbuhan ekonomi Indonesia di 0,3 persen. Sehingga pelaku pasar keluar dari pasar modal Indonesia," jelasnya kepada Liputan6.com, Sabtu (29/2/2020).

Namun begitu, Ibrahim menganggap kemerosotan tersebut masih lebih kecil dibandingkan dengan pergerakan bursa di negara lainnya. Menurutnya, para pelaku di Indonesia sudah lebih antisipatif terhadap dampak corona, seperti memainkan instrumen derivatif transaksi valas di pasar Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF).

"Tapi itu masih kecil dibandingkan dengan bursa-bursa saham negara lainnya. Mereka anjlok, anjloknya itu terlalu besar dari Indonesia. Indonesia mempunyai beberapa strategi guna untuk menghindari arus modal asing keluar. Salah satunya intervensi di surat berharga, obligasi, di pasar spot dengan membeli valuta asing. Kemudian dengan cara pasar DNDF," jelasnya.

"Di pasar DNDF ini yang sudah terjadi ada 3 kali transaksi dalam satu minggu, itu diminati oleh pasar. Karena Pasar DNDF itu yang diperdagangkan adalah pasar valas dan obligasi juga. Itu cukup membantu. Tujuannya untuk menetralisir agar dana asing itu tidak keluar dari pasar modal Indonesia," tambahnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Potensi Resiko Virus Corona

Akan tetapi, ia mengingatkan, jika penyebaran virus corona belum juga dapat teratasi secara maksimal dalam waktu dekat, maka itu akan berakibat pada pergerakan pasar saham yang bisa terus memburuk.

"Iya, pasti. Karena kita tahu WHO pun juga mengatakan bahwa virus corona ini berpotensi menjadi pandemik. Kita tahu bahwa penyebaran virus corona ini menurut WHO di luar dugaan," tukas dia.