Liputan6.com, Jakarta Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street anjlok pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta). Terpuruknya bursa AS ini setelah Presiden AS Donald trump dan Bank Sentral AS gagal menumpas kekhawatiran atas perlambatan ekonomi yang disebabkan oleh penyebaran virus Corona.
Penurunan pada perdagangan Kamis ini merupakan pelemahan bersejarah bagi Wall Street.
Mengutip CNBC, Jumat (13/3/2020), indeks acuan Dow Jones Industrial Average ditutup 2.352,60 poin lebih rendah atau turun 9,99 persen ke level 21.200,62. indeks ini mengalami penurunan terburuk sejak jatuhnya pasar "Black Monday" yang terjadi pada 1987.
Advertisement
Sedangkan indeks S&P 500 anjlok 9,5 persen menjadi 2.480,64. S&P 500 juga mengalami hari terburuk sejak 1987. Untuk Nasdaq Composite ditutup 9,4 persen lebih rendah ke level 7.201,80.
“Virus Corona menakutkan dan orang tidak tahu apa yang diharapkan,” kata Kathy Entwistle, senior vice president of wealth management di UBS.
“Sepertinya tsunami akan datang. Kami tahu itu akan terjadi kapan saja dan tidak ada yang tahu apa hasilnya nanti." tambah dia.
Pada perdagangan Kamis, Bank Sentral AS mengumumkan akan meningkatkan operasi pasar menjasi lebih dari USD 500 miliar. Kemudian akan menawarkan lebih banyak operasi repo senilai USD 1 triliun pada hari Jumat. Bank Sentral AS juga memperluas jenis surat utang yang akan dibeli.
Namun, pasar saham AS atau Wall Street melemah drastis ke posisi terendah karena investor menunggu langkah yang lebih agresif untuk mendukung ekonomi dan menargetkan wabah virus secara langsung.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sempat Dihentikan
Aksi jual Kamis menjadi sangat buruk, sehingga perdagangan bursa AS sempat dihentikan sebentar setelah pembukaan selama 15 menit karena pasar mencapai ambang batas penghentian sementara yang diamanatkan yang digunakan oleh bursa AS.
Meskipun sempat terhenti, Dow Jones tetap melanjutkan penurunan dan mencatatkan rekor terburuk kelima dalam sejarahnya, menurut FactSet.
Bahkan penurunan terburuk satu hari pada krisis keuangan tahun 2008 tidak mencapai sebesar ini.
"Kita akan memasuki resesi global," kata Mohamed El-Erian, kepala penasihat ekonomi di Allianz, pada "Squawk Box" CNBC. "Setelah apa yang terjadi beberapa hari terakhir, kita akan melihat penyebaran ekonomi yang tiba-tiba berhenti." tambahnya.
Advertisement