Sukses

Virus Corona Covid-19 Masih Membebani Bursa Asia

Wabah Virus Corona terus menyebar dengan cepat di seluruh dunia dan ikut mempengaruhi pasar saham.

Liputan6.com, Jakarta Pasar saham di Asia Pasifik merosot pada perdagangan Senin pagi, masih dipicu kekhawatiran dampak ekonomi dari wabah Virus Corona atau Covid-19 terus membebani sentimen investor.

Melansir laman CNBC, Senin (23/3/2020), Bursa Korea Selatan menjadi salah satu yang paling merugi di antara pasar regional utama lainnya. Indeks Kospi jatuh 5,59 persen pada awal perdagangan.

Sementara di Australia, S & P / ASX 200 turun 5,73 persen pada perdagangan pagi dipicu sebagian besar sektor yang jatuh. Subindex keuangan menjadi yang terbesar turun mencapai lebih dari 7 persen.

Ini setelah saham perbankan besar di Australia tersebut terpuruk. Grup Perbankan Australia dan Selandia Baru turun 7,49 persen, Commonwealth Bank of Australia turun 6,68 persen, Westpac turun 8,81 persen sementara National Australia Bank tergelincir 8,75 persen.

Adapun indeks Nikkei 225 di Jepang melawan tren keseluruhan secara regional karena justru menguat 0,6 persen. Sementara indeks Topix naik 0,1 persen. Namun jika secara keseluruhan, indeks MSCI Asia ex-Jepang turun 1,72 persen.

"Biaya ekonomi dari wabah Covid-19 mulai menampakkan diri," tulis Richard Yetsenga, Kepala Ekonom di ANZ, dalam sebuah catatan.

ANZ secara substansial merevisi perkiraan pertumbuhan G3 menjadi lebih rendah. "Dengan AS kemungkinan akan mencatat kinerja terlemah sejak 1946," mengutip catatan tersebut.

Wabah Virus Corona terus menyebar dengan cepat di seluruh dunia, dengan jumlah yang terinfeksi sekarang lebih dari 294.000 dan lebih dari 12.900 meninggal dunia, menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

 

2 dari 2 halaman

Harga Minyak Turun 6,2 Persen Akibat Melambatnya Aktivitas Bisnis

Harga minyak mentah bergerak lebih rendah pada Minggu (Senin waktu Jakarta), memperpanjang penurunan dari minggu sebelumnya. Sepanjang pekan kemarin, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 29,31 persen, terburuk sejak 1991.

Dikutip dari CNBC, harga minyak mentah WTI turun 4,3 persen menjadi USD 21,64 per barel. Sementara patokan minyak mentah internasional Brent turun 6,2 persen menjadi USD 25,31 per barel. Di sesi sebelumnya WTI turun 8 persen.

Harga minyak turun karena wabah virus corona yang telah memperlambat perjalanan dan aktivitas bisnis di seluruh dunia. Di saat yang sama, produsen pembangkit tenaga listrik Arab Saudi dan Rusia bersiap untuk meningkatkan produksi.

Penurunan cepat harga minyak mentah mendatangkan malapetaka di pasar keuangan. Ini memaksa investor untuk menjual aset lain seperti Treasury atau ekuitas tanpa pandang bulu untuk menutupi kerugian dalam posisi energi mereka. Minyak mentah berjangka WTI telah dipotong setengah bulan ini.

Para pedagang minyak mentah berusaha untuk mengukur apa arti semakin ketatnya pembatasan perjalanan dan mandat tinggal di rumah terhadap permintaan minyak mentah jangka panjang.

Pada Rabu pekan lalu, WTI turun 24,4 persen ke level terendah lebih dari 18 tahun, rekor hari ketiga terburuknya. Satu hari kemudian, harga minyak kembali naik, melonjak 23,8 persen sebagai persentase kenaikan terbesar dalam sejarah.