Sukses

Wall Street Anjlok Karena Lonjakan Pengangguran di AS Akibat Corona

Gerak saham Wall Street ditekan oleh lonjakan kematian terkait virus corona di New York.

Liputan6.com, Jakarta - Saham-saham di bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street jatuh pada perdagangan Jumat (Sabtu waktu Jakarta). Ini menutup pekan perdagangan yang bergejolak, ditekan oleh lonjakan kematian terkait virus corona di New York. Sementara investor mencerna laporan pekerjaan AS yang suram.

Dikutip dari CNBC, indeks Dow Jones Industrial Average merosot 360,91 poin, atau 1,7 persen menjadi 21.052,53. S&P 500 turun 1,5 persen menjadi 2.488,65. Nasdaq Composite juga amblas 1,5 persen dan ditutup pada 7.373,08.

Wall Street membukukan penurunan mingguan ketiga. Dow kehilangan 2,7 persen minggu ini sementara S&P 500 turun 2,1 persen. Nasdaq berakhir pekan dengan turun 1,7 persen.

Gubernur New York Andrew Cuomo mengatakan kematian akibat virus corona di negara bagian itu naik 562 kematian dalam 24 jam menjadi lebih dari 2.900 kemarian. Hal tersebut menjadi peningkatan terbesar hingga saat ini.

Cuomo menambahkan kurva kasus yang dikonfirmasi terus naik. Tercatat sekarang ada lebih dari 100 ribu kasus di negara bagian New York.

"Ini masih terasa seperti sesuatu yang sedang kita tuju, bukan keluar. Kita bisa melihat cahaya di belakang kita, tetapi tidak di depan kita," kata Brian Nick, Kepala Strategi Investasi di Nuveen.

"Skenario terbalik menghilang dengan sangat cepat dan kasus dasar semakin buruk," lanjut dia.

Ada lebih dari 261 ribu infeksi yang dikonfirmasi di Amerika Serikat dan lebih dari 6.600 kematian akibat COVID-19, menurut data dari Johns Hopkins University. Secara global, lebih dari 1 juta kasus telah dikonfirmasi.

2 dari 2 halaman

Data Tenaga Kerja AS

Anjloknya bursa saham di Negeri Paman Saham juga dipengaruhi oleh data tenaga kerja AS. Angka pekerja yang digaji perusahaan (payroll) di AS turun sebesar 701 ribu pada Maret lalu.

Ini menandai laporan pekerjaan terburuk sejak 2009, sementara tingkat pengangguran melonjak menjadi 4,4 persen.

Namun, laporan itu gagal menangkap sepenuhnya pukulan ekonomi berkelanjutan dari wabah virus corona. Pada hari Kamis, Departemen Tenaga Kerja mengatakan klaim pengangguran melonjak dengan rekor 6,6 juta per 27 Maret.