Liputan6.com, Jakarta - Bursa Asia melonjak pada pembukaan perdagangan Selasa pagi. Pendorong kenaikan bursa saham di kawasan Asia ini karena adanya harapan perlambatan penyebaran pandemi Corona secara global.
Mengutip CNBC, Selasa (7/4/2020), indeks Nikkei Jepang melonjak 3,09 persen di awal perdagangan. Sementara indeks Topix naik 2,66 persen.
Di Korea Selatan, indeks Kospi naik 2,18 persen. Kenaikan didorong oleh saham industri kelas berat seperti Samsung Electronics yang naik 2,57 persen setelah perusahaan mengatakan laba di kuartal I kemungkinan mencapai USD 5,2 miliar, berada di atas ekspektasi.
Advertisement
Baca Juga
Sementara indeks S&P/ASX 200 Australia naik 2,1 persen. Reserve Bank of Australia atau Sentral Bank Australia akan mengumumkan keputusan suku bunganya sekitar pukul 12.30 malam.
Secara keseluruhan, indeks MSCI Asia di luar Jepang diperdagangkan 0,73 persen lebih tinggi.
Investor tengah mengamati perkembangan pandemi Corona. Di pasar saham, beberapa bursa saham mengalami lonjakan akibat adanya perlambatan penyebaran virus di beberapa daerah.
Data di akhir pekan menunjukkan perlambatan jumlah kasus baru Corona di AS, meskipun masih terlalu dini untuk menentukan tren yang bertahan lama. Korban jiwa di beberapa titik panas dunia, termasuk Spanyol dan Italia, juga menunjukkan tanda-tanda berkurang.
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Lockdown
Direktur Pelaksana BK Asset Management Kathy Lien mengatakan, sentimen risiko membaik seperti faktor laju perlambatan angka kematian harian di Spanyol dan Perancis serta kasus baru yang dikonfirmasi di New York melambat.
“Tren ini menunjukkan bahwa tindakan lockdown berfungsi tetapi masih terlalu dini untuk mengetahui apakah perbaikan ini berkelanjutan,” Lien memperingatkan.
"Rawat inap cenderung melambat selama akhir pekan dan di beberapa negara di Asia kurva pertumbuhan rata," tambah dia.
Secara global, lebih dari 1,3 juta orang telah terinfeksi oleh virus Corona sementara setidaknya 74.169 nyawa telah diambil, menurut data yang dikumpulkan oleh Universitas John Hopkins.
Advertisement