Sukses

Saham di Asia Tergelincir Dipicu Kekhawatiran akan Jatunya Ekonomi Akibat Corona

Di Jepang, Nikkei 225 turun 1,27 persen pada awal perdagangan karena saham Fanuc turun 2,13 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Saham-saham di Asia jatuh pada perdagangan Kamis pagi karena kekhawatiran atas skala kejatuhan ekonomi pandemi virus corona terus membebani sentimen pasar.

Di Jepang, Nikkei 225 turun 1,27 persen pada awal perdagangan karena saham Fanuc turun 2,13 persen. Indeks Topix turun 1,23 persen. Sedangkan Kospi Korea Selatan turun 0,57 persen.

Di Australia, S&P/ASX 200 turun 1,86 persen karena saham bank-bank besar seperti Commonwealth Bank of Australia dan Westpac masing-masing turun setidaknya 2 persen.

Secara keseluruhan, indeks MSCI Asia ex-Jepang diperdagangkan 0,5 persen lebih rendah.

Investor menunggu rilis data pekerjaan Australia untuk bulan Maret, ditetapkan akan keluar sekitar jam 09:30 pagi. HK/SIN, yang dapat memberikan petunjuk tentang dampak wabah virus corona pada ekonomi negara.

Ahli Strategi Valuta Asing Senior di National Australia Bank, Rodrigo Catril menulis dalam catatan Kamis bahwa berita utama seputar pandemi virus corona terus melukis gambaran suram.

Secara global, lebih dari 2 juta orang telah terinfeksi oleh virus sementara setidaknya 133.354 nyawa telah diambil, menurut data yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bursa Saham AS

Di Amerika Serikat, Dow Jones Industrial Average turun 445,41 poin di tutup di level 23.504,35. Sementara S&P 500 mengakhiri hari perdagangannya 2,2 persen lebih rendah pada 2.783,36.

Nasdaq Composite ditutup 1,4 persen lebih rendah pada 8,393.18. Pergerakan saham pada Rabu menandai sesi terburuk Dow dan S&P 500 sejak 1 April.

Pergerakan itu terjadi ketika sebuah laporan dari Departemen Perdagangan AS yang diterbitkan Rabu menunjukkan penjualan ritel di Amerika Serikat pada bulan Maret turun 8,7 oersen, mencatatkan penurunan satu bulan terbesar sejak 1992.