Liputan6.com, Jakarta Pengamat Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira, mengingatkan investor jangan optimis dahulu melihat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menguat ke level 5.000 pada pembukaan perdagangan Kamis pekan ini.
“Jangan keburu optimis dulu, tantangan domestik masih cukup berat apalagi Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di 0 persen tahun ini,” kata Bhima kepada Liputan6.com, Kamis (4/6/2020).
Lebih lanjut Bhima menjelaskan, meskipun faktor pertama penguat IHSG lebih berasal dari sentimen global. Seperti diketahui kerusuhan di Amerika Serikat akibat dari peristiwa rasialisme, dan ketegangan di Hongkong.
Advertisement
“Sehingga menyebabkan hubungan AS dan China makin renggang membuat investor melepas aset berdenominasi dolar, dan memilih negara berkembang sebagai alternatif tujuan investasi. Ini kebetulan saja dana asing mulai masuk. Tapi sifatnya temporer,” ungkapnya.
Sementara untuk sentimen domestik sendiri masih butuh waktu untuk full recovery. Apalagi dilihat dari perkembangan kebijakan Pemerintah terkait new normal ia nilai prematur, disertai penanganan covid-19 yang belum optimal, serta inflasi yang rendah jadi pemberat IHSG untuk kembali ke level 5.500.
Masih Fluktuatif
Maka Bhima menyebut, untuk ke depannya IHSG masih belum bisa diprediksi akan menguat terus di level 5.000 atau melonjak, melainkan bersifat fluktuatif.
Oleh karena itu, ia menyarankan kepada investor untuk cermat terhadap sektor di IHSG yang berpotensi naik dalam masa new normal, agar investor tidak salah langkah dan yakin dengan investasinya.
“Cermati sektor sektor yang berpotensi gain dalam new normal misalnya sektor informasi komunikasi dan makanan minuman. Cermati juga kebijakan tiap emiten dalam menyikapi pandemic, termasuk kinerja cashflow,” pungkasnya.
Advertisement