Sukses

Wall Street Melonjak karena Optimisme Pemulihan Ekonomi

Saham-saham yang terkait dengan pembukaan kembali ekonomi menjadi pendorong kenaikan Wall Street pada perdagangan Senin.

Liputan6.com, Jakarta - Wall Street menguat pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Investor sangat optimistis dengan pemulihan eonomi yang cepat karena dibukanya perekonomian usai kebijakan lockdown.

Mengutip CNBC, Selasa (9/6/2020), indeks S&P 500 melompat 1,2 persen atau 38,46 poin ke level 3.232,39. Sepanjang tahun ini indeks acuan ini sempat mengalami pelemahan lebih dari 30 persen tetapi pada perdagangan Senin ini sudah kembali positif 0,05 persen.

Untuk Dow Jones Industrial Average diperdagangkan 461,46 poin lebih tinggi atau naik 1,7 persen menjadi 27.572,44. Kenaikan ini memangkas kerugian yang dicetak sepanjang 2020 hanya menjadi sebesar 3,3 persen.

Sedangkan Nasdaq Composite naik 1,1 persen menjadi 9.924,74. Indeks yang banyak berisikan saham-saham sektor teknologi ini mencapai rekor tertinggi baru dan membawa kenaikan tahun menjadi 10,6 persen.

"Yang terjadi di Wall Street adalah kegembiraan pembukaan kembali yang memungkinkan banyak perusahaan yang telah menjadi korban Covid-19 kembali beroperasi," kata CEO Duquesne Family Office LLC, Stanley Druckenmiller.

"Sentimen ini akan sangat bagus jika dikombinasikan dengan gelontoran dana dari Bank Sentral AS atau the Fed dan juga penemuan vaksin Corona," tambah dia.

 

2 dari 2 halaman

Gerak Saham

Saham-saham yang terkait dengan pembukaan kembali ekonomi seperti saham-saham maskapai, ritel dan juga pelayaran memimpin kenaikan pada perdagangan Senin.

Saham United Airlines naik 14,8 persen, sedangkan American Airlines melonjak 9,2 persen. Saham Kohl menambahkan 8,4 persen. Saham Carnival Corp naik 15,8 persen.

Wall Street juga naik tinggi di belakang lonjakan kejutan dari data tenaga kerja AS. Departemen Tenaga Kerja mengatakan pada Jumat lalu bahwa ekonomi menambahkan 2,5 juta pekerjaan pada Mei, sebuah rekor baru.

Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan justru terjadi penurunan lebih dari 8 juta pekerjaan.