Sukses

Wall Street Melemah Tipis, Dibayangi Penambahan Kasus Covid-19 di AS

Indeks saham utama AS tetap stabil pada Selasa malam karena Wall Street tampak mengambil nafas

Liputan6.com, Jakarta - Indeks saham utama AS tetap stabil pada Selasa malam karena Wall Street tampak mengambil nafas dari kenaikan yang diraih awal pekan ini.

Dikutip dari CNBC, Rabu (24/6/2020), Dow Jones Industrial Average berjangka turun 15 poin, menunjukkan kerugian terbuka kurang dari 0,1 peresn ketika perdagangan reguler dilanjutkan pada hari Rabu.

S&P 500 futures menunjukkan penurunan pembukaan 0,1 persen. Sementara Nasdaq-100 futures menunjukkan pembukaan perdagangan di sekitar garis datar.

Dow Jones Industrial Average ditutup 131,14 poin lebih tinggi pada hari Selasa karena Apple, UnitedHealth dan Visa memimpin indeks blue-chip lebih tinggi. S&P 500 naik 0,4 persen menjadi berakhir hari di 3.131,29.

Indeks saham Nasdaq Composite, sementara itu, naik 0,74 persen menjadi 10.131,37, rekor penutupan ke-21 untuk tahun 2020. Penguatan Nasdaq pada hari Selasa juga mewakili kenaikan hari kedelapan berturut-turut, kemenangan beruntun terpanjang sejak Desember, ketika maju untuk 11 sesi berturut-turut.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Saham Apple Naik

Saham perusahaan teknologi konsumen Apple naik 2,1 persen pada hari Selasa untuk mencapai tertinggi baru sepanjang masa, melampaui benchmark satu hari setelah meluncurkan sistem operasi baru untuk iPhone dan komputer. 

Investor juga terus mengawasi komentar dari penasihat kesehatan Gedung Putih, Dr. Anthony Fauci, yang pada hari Selasa mengatakan AS melihat peningkatan kasus Covid-19 yang baru. Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, juga mendapatkan nada yang lebih optimis pada potensi vaksin dan mengatakan ia mengharapkan pada awal 2021 vaksin bisa digunakan.

Tentang-wajah dari Gedung Putih menyoroti kerapuhan perjanjian melanda antara dua ekonomi terbesar dunia awal tahun ini. Ketegangan meningkat antara AS dan China dalam beberapa bulan terakhir karena asal mula pandemi coronavirus dan pengaruh Beijing terhadap Hong Kong.