Liputan6.com, Jakarta Bisnis properti memiliki peluang dampak dari Pandemi Covid-19. Kebijakan work from home (WFH) membuat properti seperti landed house masih tumbuh positif, terutama rumah pertama.
Meski, tren untuk rumah kedua, yang biasanya untuk investasi, masih belum tinggi. Masyarakat saat ini lebih fokus pada produk kesehatan dan menahan diri berinvestasi ke properti.
Baca Juga
Pengamat Pasar Modal Riska Afriani menilai, pada kuartal dua kinerja emiten properti tidak akan sekinclong di kuartal pertama. Namun terdapat peluang untuk pulih lagi dari sisi kinerja asalkan Covid-19 benar-benar bisa ditekan di kuartal ketiga.
Advertisement
Menurut Riska, dalam jangka panjang sektor properti akan tetap positif didorong sejumlah kebijakan. Antara lain suku bunga The Fed yang bertahan di nol persen dan diprediksi akan bertahan hingga akhir 2021, sehingga akan ada peluang investasi asing masuk ke Indonesia untuk mencari return lebih.
Faktor lain, kebijakan pemerintah yang menurunkan suku bunga, dengan tujuan menaikkan daya beli yang akan mendorong kinerja sektor properti meski dari sisi penyesuaian suku bunga kredit akan memerlukan waktu beberapa bulan.
"Sektor properti dalam jangka panjang akan tetap dicari. Belum lagi, The fed mempertahankan suku bunga dan ini indikasi akan sampai 2021, artinya dana dari asing potensi asing masuk ke Indonesia. Suku bunga turun juga, otomatis orang jadi lebih tertarik untuk beli properti," ujar Riska.
Agar emiten properti mampu bertahan, mereka perlu melakukan berbagai strategi dan inovasi yang sesuai dengan perkembangan terkini juga memanfaatkan berbagai saluran promosi, terutama menggunakan channel digital.
"Kemudian, mempersiapkan dengan matang berbagai strategi menghadapi dampak terburuk dari Covid-19, termasuk mengelola arus kas alias cash flow di tengah penurunan permintaan dan tak kalah penting melakukan efisiensi untuk mempertahankan kelangsungan bisnis perusahaan," tegasnya.
 Sumber: Merdeka.com
Saksikan video di bawah ini:
Kinerja LPKR
Salah satu emiten properti, PT Lippo Karawaci (LPKR) mencatat kinerja positif di kuartal I-2020 meski situasi ekonomi dan bisnis tengah dihantam Covid-19.
LPKR mencatat, pendapatan tumbuh 8,5 persen di tiga pilar bisnis, yakni pengembangan real estat meningkat sebesar 12,3 persen, manajemen dan layanan real estat naik 7,3 persen dan manajemen dana atau investasi naik lebih tinggi sebesar 17,7 persen.
Adapun penjualan pemasaran meningkat 13 persen (yoy) menjadi Rp 703 miliar dari Rp 623 miliar di kuartal pertama 2019.
Riska menilai, kinerja LPKR masih mencatat pertumbuhan positif karena di kuartal pertama 2020. Itu karena terdapat sejumlah produk baru yang diserap oleh pasar cukup tinggi, terutama di sektor landed house.
Faktor pendorong lain, karena dukungan pendapatan berulang dari sejumlah anak usaha, terutama di sektor kesehatan yakni PT Siloam International (SILO).
"Kinerja LPKR banyak didukung oleh recurring income, pendapatan dari rumah sakit berkontribusi positif, kemudian sektor residensial cukup tinggi. Karena ada diversifikasi tadi LPKR bisa kuat, bertahan, emiten yang tidak ada recurring income akan berat," ujar Riska.
CEO LPKR, John Riady sebelumnya mengatakan, Lippo Karawaci terus menunjukkan kemajuan pada rencana transformasi bisnis perusahaan pada kuartal pertama 2020. Penjualan pemasaran mencapai Rp7 03 miliar atau 28 persen dari target di 2020 kami sebesar Rp 2,5 triliun.
Penjualan LPKR didorong oleh peluncuran yang sangat sukses di Waterfront Estates di Cikarang. "Dalam waktu yang belum pernah terjadi sebelumnya ini, LPKR terus menekankan kehati-hatian dalam mengelola arus kas, dan tetap fokus pada keunggulan operasional di bisnis inti, properti, dan layanan kesehatan," tegas John.
Â
Advertisement