Sukses

Ingin Investasi Reksa Dana? Pelajari Dulu Filosofi Rujak Ini

sebelum membeli reksa dana, investor wajib memahami profil risiko yang bisa ditanggung.

Liputan6.com, Jakarta - Banyak orang ingin berinvestasi tetapi tidak tahu caranya. bahkan ada yang membayangkan untuk berinvestasi membutuhkan modal yang sangat besar. Padahal hal tersebut tidak perlu. Apalagi untuk berinvestasi di reksa dana.

Interim Presiden Direktur Manulife Aset Manajemen Indonesia Afifa mengatakan, berinvestasi di reksadana sebenarnya tidak jauh berbeda dengan membeli rujak, hanya dengan modal Rp 10 ribu, setiap orang bisa mulai melakukan investasi di reksa dana.

Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membeli reksa dana, dari profil risiko hingga keamanan dari instrumen investasi sendiri.

Afifa pun menjelaskan, sebelum membeli reksa dana, investor wajib memahami profil risiko yang bisa ditanggung. Ada beberapa jenis profil, yaitu konservatif yang fluktuasinya relatif stabil, moderat, agresif, sampai yang syariah. Lewat profil risiko ini, investor dapat menentukan sendiri reksa dana mana yang harus dia pilih.

"Membeli reksa dana sama seperti sedang membeli rujak, mau yang manis atau yang pedas itu ditentukannya sesuai dengan kapasitas perut kita. Sama kayak reksa dana, kita perlu mengetahui seberapa mampu kita menanggung risiko dari instrumen investasi kita," papar Afifa dalam webinar Basic Investment pada Sabtu (24/10/2020).

Selain itu, persamaan reksa dana dengan rujak adalah dapat diraih dengan harga Rp 10 ribu. "Dengan Rp 10 ribu, kita bisa beli reksa dana yang kita investasikan di misalnya pasar uang. Jadi, bisa dibilang reksa dana memiliki harga yang affordable," tambahnya.

Meskipun bisa memulai investasi dengan harga yang relatif murah, para investor reksa dana tidak akan dilepas sendirian dan menentukan pembelian saham sendiri. Di reksa dana, ada manajer investasi yang berpengalaman dalam bergelut di pasar modal. Sehingga, manajer investasi akan cakap dalam mengelola setiap portofolio investor dengan baik sesuai dengan profil risiko.

"Tugasnya mirip dengan tukang rujak. Kalau di rujak kan ada banyak buah-buahan, tapi tukang rujak tentunya sudah hapal bagaimana caranya mengolah dan meracik bumbunya supaya enak dinikmati. Di reksa dana pun begitu, di tengah banyaknya pilihan jenis reksa dana, ada para manajer investasi yang berpengalaman dan piawai dalam menentukan instrumen saham untuk investor," jelas Afifa.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Manajer Investasi

Nantinya, uang yang dihimpun untuk investasi tidak akan masuk ke manajer investasi, melainkan akan diadministrasikan melalui Bank Kustodian melalui pengawasan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sehingga, berinvestasi di reksadana dapat dipastikan keamanannya karena juga melibatkan lembaga keuangan.

Tidak hanya kesamaan antara reksadana dan rujak buah, Afifa juga memaparkan perbedaan antara kedua hal tersebut. Jika rujak buah merupakan sebuah makanan yang tidak bisa dikembalikan atau ditukar kembali, reksadana kebalikannya.

"Di reksadana, dimungkinkan untuk kita melakukan penjualan kembali tanpa harus ditentukan sebulan, tiga bulan, dan sebagainya. Jadi, kapanpun kita butuhkan, kita bisa jual ataupun tukar kapan saja," tambah Afifa.

Hasilnya, jika dibandingkan dengan membeli rujak, reksadana dapat lebih bernilai karena bisa dijual ataupun ditukarkan. Artinya, dengan kocek Rp 10 ribu, Anda bisa berpotensi mendapatkan uang yang lebih di kemudian hari, bukan hanya sekadar perut yang sakit akibat dari kebanyakan makan rujak.

Secara keseluruhan, reksadana bekerja dengan mengumpulkan uang dari para investor, kemudian dikelola dengan berbagai instrumen, dan dikepalai fund manager dengan pengawasan oleh OJK. Instrumen-instrumen tersebut adalah obligasi, saham, dan pasar uang. Pembelian instrumen reksadana yang dibeli oleh investor disebut portofolio. "Setiap investor dapat memiliki banyak portofolio, tentunya menyesuaikan profil risikonya," tutup Afifa.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa investasi di reksadana memiliki manfaat, yaitu fleksibel, likuid karena kapanpun bisa dicairkan, serta aman karena diawasi oleh lembaga keuangan.

Reporter: Theniarti Ailin

Sumber: Merdeka.com