Sukses

Mulai Bangkit, OJK Sebut Pasar Modal Indonesia Lebih Baik Dibanding Negara ASEAN

Tahun 2020 merupakan tahun yang tidak terduga terutama bagi sektor pasar modal.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan, tahun 2020 merupakan tahun yang tidak terduga terutama bagi sektor pasar modal.

Optimisme yang dibuat 'dikejutkan' oleh adanya pandemi Covid-19 pasar modal Indonesia. Kendati, menurut Wimboh, pasar modal telah mengalami kebangkitannya kembali, yang tercermin dari beberapa hal.

"Di pasar modal, IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) telah menunjukkan penguatan dan sempat rebound di atas 6.000, dan ditutup di level 5.979, atau terkontraksi 5,09 persen. Lebih baik dibandingkan bursa negara tetangga seperti Singapura, Filipina dan Thailand," jelas Wimboh dalam pembukaan perdagangan saham Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (4/1/2021).

Selain itu, transaksi investor meningkat sebesar 73 persen dari tahun sebelumnya, dengan transaksi investor ritel yang meningkat 4 kali lipat dan merupakan tertinggi di ASEAN.

Jumlah investor pasar modal naik 56 persen dibandingkan tahun lalu menjadi 3,88 juta investor, didominasi oleh investor domestik yang berumur di bawah 30 tahun (kaum investor milenial) yang tercatat mencapai 54,79 persen dari total investor.

Wimboh juga menyebutkan, antusiasme kalangan korporasi untuk terus menggalang dana melalui penawaran umum yang ternyata masih terjaga di masa pandemi.

"Terdapat 53 emiten baru dengan 51 perusahaan tercatat di bursa, merupakan tertinggi di ASEAN, dengan nilai penghimpunan dana sebesar Rp 118,7 triliun," katanya.

Selin itu, Indonesia juga memperoleh pengakuan global sebagai The Best Islamic Capital Market 2020 dan Global Islamic Finance Awards, didukung Roadmap Pasar Modal Syariah 2020-2024.

Wimboh menghaturkan rasa terima kasih kepada pemerintah karena telah menyiapkan sederet langkah untuk membangkitkan pasar modal di tengah pandemi Covid-19.

"Kami seluruh insan pasar modal mengucapkan terima kasih kepada Bapak Presiden dan seluruh jajarannya yg telah berupaya semaksimal mungkin untuk menyediakan vaksin Covid-19 gratis kepada masyarakat dan berbagai stimulus perekonomian termasuk insentif pajak bagi para pengusaha, dengan kebijakan tersebut menambah kepercayaan masyarakat terhadap pasar modal," tandas Wimboh.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Perdagangan Perdana di 2021, IHSG Dibuka Menguat ke 6.008,15

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak menguat pada pembukaan perdagangan awal pekan ini. Seperti diketahui, hari ini menjadi pembukaan perdagangan perdana di 2021.

Pada pra-pembukaan perdagangan Senin (4/1/2021), IHSG naik 18,75 poin atau 0,31 persen ke level 5.997,83. Tak bertahan lama, pada pembukaan perdagangan pukul 09.00, IHSG berbalik melemah dengan turun 29,08 poin atau 0,49 persen ke level 6.008,15.

Indeks saham LQ45 hijau 0,66 persen ke posisi 939,88. Sebagian besar indeks acuan bergerak di zona hijau.

Di awal perdagangan ini, IHSG berada di posisi tertinggi pada level 6.017,89. Sedangkan terendah 5.997,69.

Sebanyak 219 saham melemah sehingga mendorong IHSG ke zona hijau. Kemudian 83 saham melemah dan 181 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan saham normal yaitu 58.058 kali dengan volume perdagangan 1,4 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 881,8 miliar.

Tercatat, investor asing jual saham di pasar regular mencapai Rp 18 miliar. Sedangkan nilai tukar rupiah berada di 14.020 per dolar AS.

Dari 10 sektor pembentuk IHSG, seluruhnya berada di zona hijau. Penguatan dipimpin oleh sektor perkabunan yang melesat 2,20 persen. Kemudian disusul sektor barang konsumsi naik 0,93 persen dan sektor pertambangan naik 0,79 persen.

Saham-saham yang menguat antara lain WIFI 25 persen ke Rp 825 per lembar saham. Kemudian FAPA naik 25 persen ke Rp 2.300 per saham dan IDPR naik 24,30 persen ke Rp 266 per saham.

Sedangkan saham-saham yang melemah dan mendorong IHSG melemah antara lain SBAT turun 6,98 persen ke Rp 120 per lembar saham, ZBRA yang turun 6,96 persen ke Rp 107 per lembar saham dan INDY turun 6,94 persen ke Rp 1.610 per saham. 

3 dari 3 halaman

Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona