Liputan6.com, Jakarta - Terus merangkak naik, harga nikel saat ini mencapai USD 17.929 per ton menurut data London Metal Exchange (LME). Angka tersebut mengalami kenaikan hingga 8,4 persen dibandingkan akhir tahun lalu.
Analis pasar modal Hans Kwee mengatakan, kenaikan harga nikel masih bisa terjadi karena kebutuhan masyarakat akan energi baru. Tak hanya baterai kendaraan listrik, tetapi juga kebutuhan rumah tangga.
"Nikel ini bukan hanya sekadar baterai mobil saja, bisa juga untuk rumah, jadi bisa terus berkembang," ujar dia kepada Liputan6.com, Jumat (8/1/2021).
Advertisement
Baca Juga
Selain itu, Â Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan realisasi investasi di sektor industri manufaktur pada 2021 bisa mencapai Rp 323,56 triliun.
Perhatian khusus juga diberikan bagi sektor industri otomotif yang diperkirakan semakin kuat berkat program kendaraan listrik yang dicanangkan pemerintah.
"Otomotif pasti jadi kekuatan kita, apalagi kita dorong kendaraan bermotor berbasis baterai dan listrik di mana kita ada bahan baku nikel besar," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, akhir tahun lalu.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Gerak Saham INCO dan ANTM
Terus meningkatnya harga nikel juga membuat saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengalami kenaikan signifikan.
Saham ANTM melonjak 34,37 persen ke posisi Rp 2.600 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 510.962 kali dengan nilai transaksi Rp 11,1 triliun pada periode 4-7 Januari 2021.
Sementara itu, saham INCO mendaki 28,92 persen ke posisi Rp 6.575 per saham. Nilai transaksi harian saham Rp 1,8 triliun. Total frekuensi perdagangan 92.170 kali dengan nilai transaksi Rp 1,8 triliun.
Akan tetapi, menjelang akhir pekan, saham INCO justru melemah 1,14 persen ke posisi Rp 6.500 per saham. Saham INCO sempat berada di level tertinggi 7.000 dan terendah Rp 6.475 per saham. Nilai transaksi Rp 599,8 miliar.
Advertisement