Liputan6.com, Jakarta - Pembatasan kegiatan di Jawa dan Bali mulai 11 Januari-25 Januari 2021 dinilai tidak terlalu berdampak signifikan terhadap laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan ini.
IHSG berpotensi menguat terbatas dengan diselingi aksi ambil untung dari pelaku pasar. Pengamat pasar modal menuturkan, hal tersebut lantaran IHSG sudah naik signifikan 4,6 persen selama sepekan ke posisi 6.275.
"Pembatasan sosial tidak akan berpengaruh signifikan karena psikologis market. Warga sudah biasa sesuaikan dengan kebiasan baru. Pembatasan sosial ini berbeda dengan sebelumnya karena pembatasan di lingkungan kerja 25 persen, dan itu hal wajar, dan sudah terbiasa dengan itu. Industri mulai bangkit berbeda dengan kuartal I dan II 2020,” ujar Riska saat dihubungi Liputan6.com, Senin (11/1/2021).
Advertisement
Baca Juga
Riska menambahkan, mal juga masih bisa buka meski operasional hingga pukul 19.00 WIB. Pembatasan kegiatan yang diterapkan, menurut Riska akan berpengaruh ke sektor ritel tetapi tidak signifikan pada 2020. Di sisi lain, sektor konstruksi juga berjalan 100 persen dengan menerapkan protokol kesehatan ketat, menurut Riska dapat menjadi penahanan penurunan IHSG.
Riska menambahkan, IMF merevisi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 6,1 persen menjadi 4,8 persen pada 2021. Meski revisi prediksi pertumbuhan ekonomi tersebut turun, menurut Riska hal itu masih positif karena pemulihan di negara berkembang lebih cepat dibandingkan negara maju.
"Pemerintah dan Bank Indonesia perkirakan sekitar 4-5 persen untuk pertumbuhan ekonomi. Kadin prediksi 3-4 persen, artinya ada pemulihan ekonomi Indonesia 2021,” ujar dia.
Sedangkan dari sentimen luar negeri, Riska menilai, Presiden AS Donald Trump akan lakukan transisi pemerintahan dengan Joe Biden pada 20 Januari 2021 juga berdampak positif.
Dengan melihat kondisi itu, Riska perkirakan IHSG akan bergerak di kisaran 6.150-6.320.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Emiten Perdagangan dan Manufaktur Terkena Dampak
Head of Research Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi mengatakan, hampir semua lini bisnis manufaktur dan emiten perdagangan cukup terimbas.
Namun, ia juga mempertimbangkan sejumlah poin pengecualian agar kegiatan ekonomi tetap berjalan. Seperti konstruksi dan konsumsi yang masih boleh dijalankan dengan ketentuan waktu operasional.
"Hampir semua lini bisnis manufaktur akan terkena dampak, dan emiten sektor perdagangan. Tetapi PSBB kali ini ada beberapa poin pengecualian untuk mengurangi dampak,” ujar dia kepada Liputan6.com, Jumat, 8 Januari 2021.
Founder Emtrade & Ellen May Institute, Ellen May menuturkan, ada pembatasan kegiatan kali ini tidak terlalu berdampak signifikan terhadap pergerakan IHSG.
Sebab, pelaku pasar dinilai sudah mulai memahami situasi dan justru memanfaatkan momentum ini untuk kembali masuk pada perdagangan. Ellen menuturkan, pergerakan IHSG ditopang sentimen positif dari program vaksinasi pada 2021.
Advertisement
Saham Pilihan
Adapun untuk sektor saham dapat dicermati pelaku pasar, Riska memilih sektor saham konstruksi, pertambangan dan perkebunan untuk dikoleksi pada kuartal I 2021. “Ada potensi profit taking. Buy on weakness untuk saham tambang, bank, perkebunan. Lebih baik buy on weakness,” kata dia.
Untuk saham pilihan dari sektor konstruksi tersebut itu antara lain saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Timah Tbk (TINS), dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Sedangkan saham perkebunan antara lain PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT PP London Sumatra Tbk (LSIP), PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).
Sedangkan saham bank antara lain PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT BRI Syariah Tbk (BRIS).”Kalau BRIS ada kekhawatiran profit taking jadi nanti dulu,” kata dia.
Saham konstruksi yang jadi pilihan antara lain saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT) dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI). "Lalu ada saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT Astra International Tbk bisa diperhatikan. Mulai cicil portofolio dan masuk pelan-pelan ketika ada dana,” tutur dia.