Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi dengan indeks saham S&P dan Nasdaq menguat pada perdagangan saham Rabu waktu setempat.
Indeks saham acuan tersebut menguat di wall street dipicu kenaikan saham teknologi seiring pelaku pasar mengawasi tingkat suku bunga, ketidakpastian politik yang muncul dari Washington dan pandemi COVID-19 yang masih berkecamuk.
Indeks saham S&P 500 naik 0,2 persen ke posisi 3.809,84. Indeks saham Nasdaq menguat 0,4 persen ke posisi 13.128,95. Sementara itu, indeks saham Dow Jones melemah 8,22 poin atau 0,03 persen ke posisi 31.060,47.
Advertisement
Baca Juga
Intel melonjak hampir tujuh persen di tengah berita CEO Bob Swan akan mundur, dan efektif pada 15 Februari 2021. Kenaikan saham Intel mendorong saham teknologi lainnya antara lain Netflix naik 2,7 persen, Amazon menguat 1,4 persen, dan Apple naik lebih dari satu persen.
Pergerakan saham di wall street juga dipengaruhi tingkat bunga surat utang AS turun dari level tertinggi pada Maret. Tingkat bunga untuk obligasi bertenor 10 tahun turun lebih dari lima basis poin menjadi 1,092 persen.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Sentimen Imbal Hasil Obligasi
Imbal hasil obligasi 30 tahun juga merosot menjadi 1,823 persen. Pada Selasa, suku bunga acuan diperdagangkan 1,187 persen.
Mengingat kenaikan suku bunga pada 2021, Credit Suisse merekomendasikan agar investor menyukai sektor yang pro siklus termasuk keuangan dan energi. Namun, kenaikan suku bunga dapat menganggu pertumbuhan saham yang menjadi pendukung pasar selama pandemi COVID-19.
"Secara keseluruhan, kami yakin suku bunga akan stabil karena investor menyesuaikan diri dengan pergeseran ekspektasi inflasi. Kami terus mengharapkan kenaikan moderat pada 2021,” ujar UBS Credit Strategist Frank Sileo, seperti dilansir dari CNBC, Kamis, (14/1/2021).
Harapan untuk stimulus fiskal tambahan juga menjadi alasan dibalik pergerakan stabil yang lebih tinggi untuk imbal hasil.
"Reli pasar telah berhenti pada pekan ini. Sentimen dan indikator risiko terus mencerminkan optimism investor, dengan penyebaran kredit pada tingkat paling ketat sejak sebelum pandemi. Indikator kekhawatiran di tingkat tinggi, dan rasio put/call mendekati posisi terendah dalam sejarah,” ujar Chief of Investment Research Nationwide, Mark Hackett.
Advertisement
Kekacauan Politik Masih Berlanjut
Di sisi lain, kekacauan di Washington terus berlanjut. Wakil Presiden AS Mike Pence menyatakan tidak akan mencopot Presiden AS Donald Trump dari jabatannya.
Itu terjadi sebelum DPR yang dikuasai Demokrat menyetujui resolusi yang mendesak Pence dan kabinet untuk mendorong Trump keluar dari Gedung Putih setelah dia menghasut kerusuhan pekan lalu di Capitol.
DPR juga memberikan suara untuk mendakwa Trump untuk kedua kalinya. Trump meminta semua orang AS untuk membantu meredakan ketegangan politik.
Kekhawatiran Kasus COVID-19
Sementara itu, kasus COVID-19 juga terus meningkat di AS dan luar negeri. AS mencatat setidaknya 247.600 kasus COVID-19 baru dan setidaknya 3.340 kematian terkait COVID-19 setiap hari. Hal itu berdasarkan data Universitas John Hopkins.
Selain itu, ekonomi AS pun diprediksi kembali tumbuh pada akhir 2021. “Pada 2021, ekonomi AS akan mengalami penurunan yang kuat dari stimulus fiskal dan moneter tambahan ditambah dengan diakhirinya dampak pandemi terhadap ekonomi. Permintaan yang terputus-putus di industri yang terkena dampak COVID-19, dan inventaris yang dibutuhkan untuk kembali membangun akan semakin memacu pertumbuhan pekerjaan,” kata Kepala Penelitian Investasi NationWide Mark Hackett.
Advertisement