Sukses

SWF Mulai Berlaku Kuartal I 2021 Jadi Angin Segar Saham Konstruksi

Analis PT Reliance Sekuritas, Lanjar Nafi menuturkan, ada sejumlah faktor mendukung penguatan saham sektor konstruksi.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terutama di sektor konstruksi kompak menghijau pada perdagangan saham jelang akhir pekan, Jumat, 15 Januari 2021. Pembentukan sovereign wealth fund (SWF) atau lembaga pengelola investasi (LPI) di Indonesia mulai beroperasi pada kuartal I 2021 menjadi sentimen positif untuk saham BUMN Karya.

Mengutip data RTI, saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT) naik 12,17 persen ke posisi Rp 1.890 per saham. Total transaksi harian saham Rp 1,4 triliun dengan frekuensi perdagangan 68.440 kali.

Selain itu, saham PT Wijaya Karya Tbk menguat 10,80 persen ke posisi Rp 2.360 per saham. Total frekuensi perdagangan 27.297 kali dengan nilai transaksi Rp 401 miliar.

Saham PT PP Tbk (PTPP) melonjak 8,78 persen ke posisi Rp 2.230 per saham. Total frekuensi perdagangan 28.910 kali dengan nilai transaksi Rp 514,9 miliar.

Selanjutnya saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI) menguat 5,65 persen ke posisi Rp 1.870 per saham. Total frekuensi perdagangan 18.080 kali dengan nilai transaksi Rp 224 miliar. 

Kemudian saham PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) menguat 3,85 persen ke posisi Rp 324 per saham, saham PT Jasa Marga Tbk (JSMR) mendaki 3,85 persen ke posisi Rp 4.860 per saham.

Lalu saham PT Wijaya Karya Bangun Gedung Tbk (WEGE) naik 2,22 persen ke posisi Rp 276 per saham.

Analis PT Reliance Sekuritas, Lanjar Nafi menuturkan, ada sejumlah faktor mendukung penguatan saham sektor konstruksi.

Pertama, suku bunga rendah pada 2021 kemungkinan tetap di bawah empat persen. Kedua, pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) juga mengecualikan pekerja konstruksi.

Ketiga, pembentukan SWF dipercepat menjadi kuartal II 2021. Hal tersebut dinilai berdampak positif untuk emiten karena tidak perlu menunggu pinjaman untuk mendanai proyek.

"SWF itu membuka peluang investor asing untuk ikut berinvestasi pada proyek pemerintah seperti jalan tol sehingga para emiten yang memiliki proyek tersebut tidak perlu menunggu pinjaman untuk dana proyek. Kalau dipercepat bagus," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Sabtu, (16/1/2021).

Lanjar menuturkan, sejauh ini yang menjadi incaran dana SWF emiten yang memiliki aset proyek jalan tol seperti WSKT dan JSMR. Akan tetapi, yang lain tetap jadi incaran investor.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Kurangi Beban Utang

Sementara itu, Analis PT Binaartha Sekuritas Nafan Aji menuturkan, pembentukan SWF sebagai komitmen pemerintah melalui penerapan UU Omnibus law sehingga dapat meningkatkan foreign direct investment (FDI) atau investasi asing. Dengan pembentukan SWF diharapkan dapat menopang ekonomi dalam jangka panjang. Selain itu, menurut Nafan, kehadiran SWF dapat meningkatkan pembangunan infrastruktur.

"Pembangunan infrastruktur meningkat bisa meningkatkan lapangan kerja, baru bentuk kawasan ekonomi baru. Investasi meningkat melalui FDI pertumbuhan ekonomi bisa meningkat," kata dia.

Nafan menambahkan, dengan pembentukan SWF itu mendorong pelaku pasar mengapresiasi sektor saham konstruksi. Hal tersebut seiring harapan berdampak terhadap pengelolaan dana sektor konstruksi.

"Pembentukan SWF sehingga membuat sektor infrastruktur dan konstruksi mendapatkan benefit. Kinerja emiten jadi sehat, dan suntikan dana pun tidak dari APBN lagi. Tidak lagi tambah beban utang, dan cash flow jadi sehat," ujar dia.