Sukses

Dua BUMN Tambang Masuk Rantai Produksi Tesla

Tak hanya dua perusahaan BUMN, terdapat pula sejumlah perusahaan Indonesia yang akan menjadi rantai pemasok Tesla.

Liputan6.com, Jakarta - Tak sekadar berinvestasi di Indonesia, perusahaan Tesla Inc juga menggandeng sejumlah perusahaan BUMN untuk masuk dalam rantai produksi mobil listrik.

Hal itu tertuang dalam laporan  Tesla Conflict Minerals Report. Dari dokumen tersebut, diketahui sejumlah perusahaan smelter dari seluruh dunia yang masuk rantai produksi Tesla, tak terkecuali dua perusahaan BUMN, yakni PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dan PT Timah Tbk.

"Daftar fasilitas berikut adalah pabrik peleburan (smelter) atau pemurnian (refinery) yang berada dalam rantai pasok Tesla dan telah menyelesaikan program audit RMAP (Responsible Minerals Assurance Program) dan terdaftar sebagai pihak yang sesuai untuk praktik pengadaan yang bertanggung jawab," tulis Tesla pada dokumen itu.

Dalam daftar tersebut, Antam masuk sebagai pemasok dengan nomor smelter CID001397. Sedangkan Timah memiliki dua nomor smelter. Keduanya dibedakan dari jenis timah yang digunakan.

Untuk Timah unit Kundur yang berada di Kepulauan Riau, menggunakan nomor smelter CID001477 dan Timah unit Muntok di Bangka Belitung, memiliki nomor smelter CID001482.

Laporan tersebut resmi dirilis perusahaan mobil listrik asal Amerika Serikat pada akhir 2019. Ini merupakan laporan berkala yang harus diberikan kepada otoritas bursa AS.

"Laporan ini telah diajukan untuk memenuhi periode pelaporan tahun kalender yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2019," tulisnya.    

Dalam laporannya, Tesla juga memastikan sumber daya alam (SDA) yang digunakan bebas konflik Republik Demokratik Kongo (DRC) atau  mineral tersebut tidak menguntungkan kelompok bersenjata di Kongo atau negara yang berdampingan dengan konflik.

Tak hanya dua perusahaan BUMN, terdapat pula sejumlah perusahaan Indonesia yang akan menjadi rantai pemasok Tesla, yakni PT Artha Cipta Langgeng, PT ATD Makmur Mandiri Jaya, PT Menara Cipta Mulia, PT Mitra Stania Prima, dan PT Refined Bangka Tin.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Indonesia Bakal Punya Industri Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi Pertama di Dunia

Sebelumnya, Indonesia dipastikan akan menjadi satu-satunya negara di dunia yang memiliki pusat industri sel baterai kendaraan listrik terintegrasi pertama di dunia. Pengembangan industri ini akan dilakukan perusahaan electric vehicle (EV) battery atau baterai kendaraan listrik asal Korea Selatan LG Energy Solution Ltd yang bekerja sama dengan konsorsium BUMN.

Seperti diketahui, LG Energy Solution merupakan bagian dari LG Chem, anak perusahaan dari konglomerasi LG Group.

Dikutip dari akun Instagram Kementerian BUMN, Kamis (31/12/2020), proyek kerja sama investasi yang baru diumumkan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 29 Desember 2020 ini merupakan hasil tindak lanjut pertemuan Presiden Jokowi dan Presiden Moon Jae In di Busan pada bulan November 2019 lalu.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bersama Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Kementerian/Lembaga terkait lainnya melakukan berbagai pertemuan tindak lanjut dengan pihak LG. Serangkaian proses negosiasi yang panjang telah dilakukan dengan berpedoman pada prinsip saling percaya dan bertujuan untuk saling menguntungkan.

Hasilnya, Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan LG Energy Solution di Seoul, Korea Selatan pada tanggal 18 Desember 2020. Penandatanganan ini disaksikan oleh Menteri Perdagangan, Perindustrian, dan Energi Korea Selatan Sung Yun-mo.

MoU berisi tentang kerjasama proyek investasi raksasa dan strategis di bidang industri sel baterai kendaraan listrik terintegrasi dengan pertambangan, peleburan (smelter), pemurnian (refining) serta industri prekursor dan katoda dengan nilai rencana investasi mencapai USD9,8 miliar.

Hal lain yang juga menjadi bagian dari nota kesepahaman adalah memprioritaskan produk lokal untuk meningkatkan daya saing dan produktivitas industri nasional. Pemerintah Indonesia juga memastikan bahwa proyek investasi raksasa ini akan menyerap sebanyak mungkin tenaga kerja Indonesia.

Saat ini negara-negara di dunia telah mencanangkan pengurangan konsumsi bahan bakar dan pengurangan emisi karbondioksida (CO2) dan pencanangan penerapan kendaraan listrik sebanyak 15-100 persen dari total kendaraan yang beredar.