Liputan6.com, New York - Sejak meluncurkan kampanye pada 2015, Presiden AS ke-45, Donald Trump dan Twitter Seperti memiliki hubungan simbiosis.
Trump menggunakan Twitter untuk menciutkan komentar nyeleneh-nya kepada jutaan pengguna lainnya. Bahkan ia melakukannya cukup intens dalam sehari. Sementara Twitter menikmati banyak pengguna dan bola mata yang ditarik Trump.
Namun, itu semua terhenti ketika Twitter secara permanen menangguhkan akun Trump pada 8 Januari 2020. Lantaran Trump menggunakan jejaring sosial twitter untuk menghasut pemberontakan di Capitol AS pada 6 Januari, yang mengakibatkan kematian lima orang.
Advertisement
Baca Juga
Keputusan Twitter untuk melarang Trump keluar dari platformnya adalah persimpangan jalan utama bagi perusahaan. Keputusan ini lantas mendapat respons negatif dari Wall Street.
Dilansir dari laman CNBC, Sabtu (23/1/2021), harga saham Twitter turun lebih dari 6 persen di hari pertama perdagangan setelah penangguhan, dan sejak itu, saham turun lebih dari 8 persen. Kapitalisasi pasar Twitter sekarang mencapai USD 38 miliar.
Sementara, sebelum penangguhan Trump, harga saham Twitter naik lebih dari 58 persen. Adapun pada penutupan perdagangan Jumat, 22 Januari 2021, saham Twitter, Inc (TWTR) tercatat menguat 1,99 persen pada level USD 4.806.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Bekukan Akun Donald Trump Secara Permanen, Saham Twitter Merosot
Sebelumnya, saham Twitter anjlok lebih dari enam persen pada perdagangan saham Senin, 11 Januari 2021 setelah perseroan hentikan secara permanen akun Twitter Donald Trump.
Pada perdagangan Senin pagi waktu setempat, saham Twitter anjlok 12,3 persen. Sebelumnya pada Jumat pekan lalu, Twitter memutuskan mencopot akun Presiden AS Donald Trump karena risiko hasutan lebih lanjut setelah kerusuhan di Capitol AS.
Berdasarkan catatan analis, langkah tersebut kemungkinan dapat kembali menyalakan untuk mencabut pasal 230 dalam undang-undang yang melindungi perusahaan internet dari tanggung jawab atas unggahan pengguna.
Donald Trump dengan lantang menyuarakan penghinaannya terhadap pasal 230 dan beberapa politikus di kedua partai mengeluhkannya.
"Sementara pemerintahan Partai Demokrat mungkin kurang fokus pada reformasi yang signifikan dari bagian 230. Peristiwa baru-baru ini dapat membuat undang-undang terkait konten lebih mungkin terjadi," tulis analis BofA Securities dalam sebuah catatan kepada klien dikutip dari CNBC, ditulis Selasa, 12 Januari 2021.
Analis menyatakan, pihaknya akan mengantisipasi undang-undang baru yang diusulkan di Kongres tentang konten media sosial mengingat peristiwa baru-baru.
"Tetapi perhatikan masalah konten bukanlah hal baru dan kami pikir undang-undang baru akan memberikan pedoman lebih baik kepada perusahaan media sosial dan mengurangi ketidakpastian," tulis analis.
Selain itu saham media sosial lainnya juga ikut terdampak. Saham Facebook merosot empat persen. Saham Snap dan Pinterest sempat melemah pada awal sesi perdagangan. Akan tetapi, saham Snap naik tiga persen dan Pinterest susut kurang dari satu persen.
Advertisement