Sukses

IHSG Tinggalkan 6.100, Saham AGRO dan INAF Tertekan

Investor asing masih melakukan aksi beli Rp 173,43 miliar di tengah laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tertekan hingga 1 persen pada Rabu pagi, 27 Januari 2021.

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berupaya berbalik arah setelah sempat turun tajam pada perdagangan saham Rabu pagi, (27/1/2021).

Mengutip data RTI pukul 10.03 WIB, IHSG melemah 0,90 persen ke posisi 6.085.  Indeks saham LQ45 turun 0,48 persen ke posisi 962. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan.

Sebanyak 407 saham melemah sehingga menekan IHSG. 54 saham menguat dan 125 saham diam di tempat. Total volume perdagangan saham 7,8 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 7,1 triliun.  Investor asing beli saham Rp 234,87 miliar. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah berada di kisaran Rp 14.087.

Secara sektora, sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham infrastruktur naik 0,56 persen. Sektor saham konstrumsi melemah 2,32 persen, dan memimpin penurunan sektor saham. Diikuti sektor tambang susut 2,07 persen dan sektor saham aneka industri merosot 1,62 persen.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Gerak Saham

Di tengah tekanan IHSG, sejumlah saham ini catat penguatan terbesar atau top gainers antara lain saham GLOB naik 25 persen ke posisi Rp 420 per saham, saham SMCB mendaki 21,05 persen ke posisi Rp 1.725 per saham dan saham BMAS mendaki 13,64 persen ke posisi Rp 400 per saham.

Adapun saham-saham yang tertekan dan kena auto rejection bawah antara lain saham AGRO turun 7 persen ke posisi Rp 930 per saham, saham ACST susut 7 persen ke posisi Rp 372 per saham, dan saham TGRA merosot 7 persen ke posisi Rp 186 per saham. Saham INAF  melemah 6,99 persen ke posisi Rp 3.460 per saham.

Selain itu, investor asing juga melepas saham BBRI sebanyak Rp 72,9 miliar, saham INCO sebanyak Rp 8,7 miliar, dan saham ADRO sebanyak Rp 7,3 miliar.

Adapun saham-saham yang dibeli investor asing antara lain saham TLKM sebanyak Rp 92,5 miliar, saham BMRI sebanyak Rp 56,5 miliar, saham ASII sebanyak Rp 24,4 miliar, saham EXCL sebanyak Rp 12 miliar, dan saham MIKA sebanyak Rp 6 miliar.