Sukses

Naik Drastis, Lihat Perjalanan Saham GameStop hingga Turun 44 Persen

Beberapa informasi juga menyebut, saham GameStop meningkat karena adanya penanaman modal dari Social Capital, bernama Chamath Palihapitiya.

Liputan6.com, Jakarta - Setelah berada di angka USD 17,25 per lembar di awal tahun, saham GameStop berhasil melonjak hingga 822 persen ke USD 159,18 per lembar saham pada Senin, 25 Januari 2021 .

Meski turun hampir setengahnya, angka tersebut naik ke USD 147,98 pada Selasa, 26 Januari 2021. Setelah Elon Musk menulis hal tersebut di Twitter, harga sahamnya melonjak 40 persen setelah jam kerja.

Pada Rabu 27 Januari 2021, saham GameStop ditutup dengan angka USD 347,51 per saham, meski sebelum sebelumnya mengalami penurunan.

Pada Kamis 28 Januari 2021, saham kembali  melonjak menjadi USD 483 per saham, meski sebelum turun. Hal tersebut membuat New York Stock Exchange menghentikan perdagangan saham GameStop lebih dari 12 kali sebelum tengah hari.

Seperti dilansir Cnet, Jumat (29/1/2021), saham GameStop akhirnya turun 44 persen menjadi USD 193,60. Secara efektif, kerumunan WallStreetBets menyadari Wall Street membuat kesalahan besar.

Orang-orang yang dikenal sebagai penjual pendek yang bertaruh saham GameStop akan jatuh terlalu agresif. Selain itu, WallStreetBets memahami bila permintaan buatan untuk saham GameStop bisa saja dibuat, dan memaksa Wall Street untuk mengkalibrasi ulang taruhan, sehingga harga terdorong lebih tinggi.

Pada Rabu, terdapat 3,8 juta anggota komunitas WallStreetBets. Meski demikian, tak dapat diketahui secara pasti berapa banyak anggota yang terlibat dalam skema GameStop.

Meski demikian, beberapa informasi juga menyebut, saham GameStop meningkat karena adanya penanaman modal dari Social Capital, bernama Chamath Palihapitiya. Melalui Twitter pribadinya, Ia secara terbuka menyebut telah membeli saham GameStop.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Mengenal GameStop, Emiten yang Harga Sahamnya Melonjak Signifikan

Sebelumnya, saham GameStop akhir-akhir ini banyak menuai perhatian di pasar saham Amerika Serikat (AS) atau wall street. Banyak orang menilai apa yang terjadi dengan saham GameStop tidak masuk akal.

Saham ritel video game itu membuat langkah yang mengejutkan dengan bergerak liar. Hal tersebut meningkatkan kekhawatiran dari investor profesional di wall street hingga regulator di Gedung Putih, Washington, AS.

Apalagi hal terbaru setelah platform perdagangan membatasi pelanggan mereka untuk melakukan perdagangan tertentu dengan GameStop mendorong saham menguat setelah perdagangan saham.

Saham GameStop meroket 61 persen diperdagangkan di kisaran USD 312 setelah perdagangan jam kerja. Sementara itu di pasar reguler, saham GameStop turun 44 persen menjadi USD 193,60.

GameStop, perusahaan terdaftar di Bursa Efek New York sebagai GME, yang memiliki jaringan toko video game di Amerika Serikat. GameStop ini dapat ditemukan di pusat perbelanjaan pinggiran kota di seluruh negeri.

GameStop merupakan perusahaan induk dari jaringan Australia EB Games. Dalam enam bulan terakhir, saham GameStop terus meningkat. Hal ini menjadi aneh seiring pandemi COVID-19 dan resesi.

"Model untuk membeli game di toko fisik tidak layak karena dunia telah berputar ke unduhan game yang lebiih baru. Jadi seharusnya masuk akal secara intuisi. Jika mereka tidak menyesuaikan model bisnis, masa depan tampak suram,” ujar Head of Equity Trading Wedbush Securities, Sahak Manuelian, seperti dilansir dari ABC.

Saham GME diperdagangkan USD 4 pada pertengahan Juli, kemudian naik menjadi USD 12 pada Oktober, dan USD 18 pada akhir Desember.

Tanpa perubahan bisnis berarti, saham GameStop masih melonjak. Bahkan saham GameStop melonjak 1.915 persen dari USD 17,25 menjadi USD 347,51.

Dengan lonjakan saham tersebut menunjukkan kalau permintaan saham GameStop telah didorong oleh sekelompok investor individu yang antusias terutama berkumpul di subreddit dan WallStreetBets.