Sukses

Konsumsi Belanja Masyarakat Bakal Pulih Mulai 2021

Konsumsi masyarakat saat pandemi COVID-19 mengalami perubahan karena penurunan ekonomi yang terjadi.

Liputan6.com, Jakarta - Penurunan frekuensi belanja masyarakat mulai terjadi sejak awal pandemi. Melihat hal tersebut, Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menyebut, saat ini peningkatan belanja masyarakat sudah mulai terjadi.

Meski terjadi peningkatan, dampak besar karena hal tersebut nyatanya masih sangat minim terjadi. Hal ini karena pola konsumsi masyarakat saat pandemi COVID-19 mengalami perubahan karena penurunan ekonomi yang terjadi.

"Memang secara frekuensi, belanja masyarakat sudah kembali seperti sebelum Covid-19. Tapi masalahnya, dia sering belanja tapi nilainya kecil. Karena pola belanjanya berubah," kata Chatib secara virtual, ditulis Sabtu, (30/1/2021).

Dalam pemaparannya, Chatib meyebut, masyarakat yang mulai kembali berbelanja berada di segmen menengah bawah. Karena itu, kebutuhan dasar primer secara harian menjadi tujuan utamanya.

"Memang sudah kembali ke pra Covid-19, tapi belanja paling banyak itu datang dari kelompok menengah-bawah, seperti makanan dan kebutuhan esensial" ujarnya.

Walau secara konsumsi sudah mulai kembali normal, kebutuhan belanja masyarakat dengan nilai yang lebih besar seperti liburan dan hiburan masih belum pulih secara maksimal.

"Untuk belanja kelompok menengah atas masih di bawah kondisi sebelum terjadinya Covid-19. Padahal porsi konsumsi terbesar itu ada di kelas menengah atas," tuturnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Sektor Transportasi dan Hotel Belum Pulih

Oleh karena itu, sektor transportasi dan hotel yang mengalami penurunan secara signifikan masih belum mengalami peningkatan drastis atau pulih seperti sebelum terjadinya pandemi.

"Jadi meskipun kelas menengah bawah sudah kembali belanja, tapi dia belum cukup mendorong konsumsi rumah tangga," ujarnya.  

Pembelian di sektor hiburan dan liburan  secara porsional lebih banyak disumbang kelompok masyarakat menengah ke atas. Tak optimalnya pembelanjaan saat ini karena sektor wisata atau hiburan masih belum mengalami perubahan maksimal.

"Memang orang kaya, makannya tetap tiga hari sekali, bukan 12 kali sehari. Tapi spendingnya sisanya dia gunakan untuk traveling leissure, entertainment. Itu yang terganggu selama pandemi," katanya.