Liputan6.com, Jakarta - Tak seperti anak pada umumnya yang lebih memilih bermain, anak berusia 12 tahun ini justru memilih untuk menonton berita bisnis. Anak itu bernama Kwon Joon dari Korea Selatan yang memilih investasi saham.
Menonton berita bisnis menjadi rutinitas baru bagi Kwonn Joon. Bukan tanpa alasan, ia lebih memilih untuk menyaksikan berita bisnis. Kwon Joon bermimpi dapat menjadi Warren Buffett berikutnya. Ia ingin seperti Warren Buffett setelah mendapatkan cuan atau untung luar biasa mencapai 43 persen dari membeli saham.
Ia memilih hobi membeli saham sejak tahun lalu. Kwon merecoki ibunya untuk membuka rekening saham ritel pada April 2020 dengan tabungan senilai 25 juta won atau USD 22.400. Angka itu sekitar Rp 313,23 juta (asumsi kurs rupiah terhadap dolar AS 13.983). Dana tersebut sebagai pembukaan awal pembukaan rekening.
Advertisement
Baca Juga
Pembukaan rekening itu tepat ketika indeks saham acuan Kospi mulai pulih dari penurunan terbesarnya dalam satu dekade.
“Saya benar-benar membujuk orangtua saya untuk melakukannya, karena saya percaya seorang ahli yang mengatakan di televisi kalau ini adalah kesempatan sekali dalam satu decade,” ujar Kwon, seperti dilansir dari Channel News Asia, Kamis (11/2/2021).
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Warren Buffett Jadi Panutan
Kwon menuturkan, sosok Warren Buffett adalah idolanya. “Panutan saya adalah Warren Buffeet,” ujar dia.
Kwon mengaku fokus investasi jangka panjang selama 10-20 tahun ketimbang perdagangan harian jangka pendek. Ia memilih investasi jangka panjang untuk mengoptimalkan keuntungannya.
“Dengan perspektif jangka panjang. Semoga dapat memaksimalkan keuntungan saya,” ujar dia.
Investor pemula di Korea Selatan seperti Kwon yang mengejar nilai investasi di saham unggulan dari dana yang didapatkan dari hadiah, berdagang mainan mobil dan menjalankan mesin penjual otomatif stelah memimpin peningkatan perdagangan ritel di tengah pandemi COVID-19.
Lebih banyak investor ritel seperti remaja bahkan lebih muda menghasilkan lebih dari dua pertiga dari total nilai yang diperdagangkan di saham, dibandingkan kurang dari 50 persen pada 2019.
Advertisement
Tren yang Berkembang
Tren ini berkembang seiring pasar saham memikat orangtua yang kecewa dengan sistem pendidikan dan generasi milenial yang bekerja dari rumah.
“Saya bertanya-tanya, di zaman sekarang ini, apakah gelar sarjana akan menjadi yang terpenting,” ujar Ibu Kwon, Lee Eun-joo.
Ia menyulut hasratnya dengan berusaha mengekspos pada bisnis ketimbang biaya kuliah. Ini sebagai kunci untuk mendapatkan di depan dalam akademik.
“Karena kita hidup di dunia yang berbeda sekarang, lebih baik menjadi orang satu-satunya,” ujar dia.
Ia khawatir sekolah yang baik pun tidak akan mempersenjatai putranya dengan berkurangnya kesempatan kerja.
Generasi Muda Makin Minati Saham
Data menunjukkan sekitar 70 persen dari 214.800 akun pialang saham untuk anak di bawah umur di Kiwoom Securities, pialang paling ramah dengan ritel di Korea Selatan.
Kwon dengan waktu luang selama penutupan sekolah tahun lalu karena pandemi COVID-19 membuat daftar keinginan membeli saham dibuat selama koreksi pasar. Saham yang diinginkan mulai dari aplikasi pesan terbesar di Korea Selatan Kakao Corp, Samsung Electronics Co dan Hyundai Motor.
Keberhasilan Kwon juga mencerminkan tantangan pekerjaan bagi kaum muda Korea Selatan. Dengan satu dari empat orang menganggur pada Januari, tingkat terburuk dalam catatan, meski termasuk di antara kelompok paling berpendidikan tinggi di OECD.
“Tidak ada cukup pekerjaan untuk lulusan perguruan tinggi, sehingga banyak yang memilih untuk mendiversifikasi jalur karier mereka lebih awal,” ujar Peneli Min Sook-weon.
Hal itu sesuatu yang dipahami Kwon. “Dari pada bersekolah di sekolah yang bagus seperti Universitas Nasional Seoul, saya lebih memilih menjadi investor besar. Saya juga berharap bisa melakuan banyak pekerjaan amal,” ujar Kwon.
Advertisement