Liputan6.com, Jakarta - Dalam kalender Tionghoa, tahun baru Imlek pada 2021 merupakan Tahun Kerbau Logam.Pakar Feng Shui, Yulius Fang menuturkan, bisnis yang akan mendominasi pada tahun Kerbau Logam ini adalah bidang api.
Bisnis tersebut antara lain terdiri dari restoran, entertainment, periklanan, keuangan, pasar saham, energi, kimia, asuransi, elektrik, dan penerbangan.
"Bidang bisnis yang bagus diprediksi di semester I ini didominasi oleh elemen API,” kata Yulius seperti dikutip, Jumat, (12/2/2021).
Advertisement
Baca Juga
Terkait pemulihan ekonomi, Yulius menyebutkan lini bisnis yang akan lebih dulu mengalami kenaikan berasal dari elemen tanah. Lini bisnis dari elemen ini diperkirakan mengalami pertumbuhan yang sedang. Artinya, tidak terlalu apes maupun hoki pada 2021.
Yulius menjelaskan, hal ini merujuk pada perkembangan pertumbuhan bisnis elemen tanah yang sudah mulai terlihat pada akhir 2019.
Namun, karena pandemi yang berlangsung sepanjang 2020, pertumbuhan tersebut tertunda, hingga nantinya akan menjadi yang pertama rebound usai pandemi.
"Bidang tanah kalau tidak ada pandemi pasti sudah booming di tahun ini karena tanda-tandanya sudah terlihat sejak akhir 2019. tetapi karena pandemi kemajuan itu tertahan. Jadi kalau pandemi tertangani, yang pertama rebound adalah properti dan perbankan,” beber Yulius.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Sektor Saham Lainnya
Hal senada dikatakan, Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji. Ia mengungkapkan hal serupa. Dia menuturkan, perbaikan di sektor perbankan ini ditopang oleh kebijakan BI yang suportif untuk meningkatkan likuiditas. Hal tersebut akan berimbas pada sektor-sektor usaha lain yang berujung pada pertumbuhan kredit perbankan.
“Menurut saya, sejumlah bidang usaha berpotensi mencatatkan performa baik pada tahun ini. Salah satu sektor yang berpotensi cuan berasal dari sektor perbankan,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.
Di sektor ini, Nafan merekomendasikan saham-saham antara lain PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI),
Sektor selanjutnya yang akan mencatatkan performa positif adalah konsumer. Berdasarkan analisa teknikal, saat ini saham-saham pada sektor konsumer sedang terkonsolidasi dan menanti sentimen positif besar untuk mengerek penguatannya. Salah satu sentimen yang ditunggu adalah kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).
"Apabila IKK Indonesia berada di atas level 100, maka akan berefek positif terhadap meningkatnya kepercayaan konsumsi masyarakat pada umumnya,” jelas Nafan.
Selain itu, proses vaksinasi yang merata dan efektif juga akan menopang kenaikan saham di sektor konsumer. Dengan proses vaksinasi yang terus berjalan, daya beli masyarakat diharapkan akan meningkat dan memicu pertumbuhan ekonomi serta inflasi inti Indonesia.
Saham pada sektor komoditas juga dipenuhi sejumlah sentimen positif. Dengan kenaikan harga komoditas, maka perusahaan-perusahaan di bidang ini dapat memacu ekspornya untuk meningkatkan kinerja pada 2021. Apalagi Purchasing Managers Index [PMI] manufaktur negara-negara maju (serta Indonesia tentunya) masih menunjukkan kinerja yang ekspansif,
"Sektor farmasi sebagai bidang dengan prospek menjanjikan pada 2021. Adapun perusahaan seperti PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) yang terlibat dalam pembuatan vaksin virus corona akan semakin meningkatkan pendapatan perusahaan,” ujar Nafan.
Selain PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) Nafan merekomendasikan sejumlah saham lainnya, yakni; PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF), PT Adaro Energy Tbk. (ADRO), PT Bukit Asam Tbk. (PTBA), PT United Tractors Tbk. (UNTR), KLBF, dan PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR)
Advertisement
Strategi Investasi
Sektor perbankan merupakan salah satu yang paling banyak disebut akan cuan di tahun kerbau logam ini. Senada dengan Yulis Fang dan Nafan, Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus juga memiliki pandangan yang sama terhadap sektor perbankan.
"Kalau ditanya sektor apa yang menarik secara akademisi tentu jawabannya adalah perbankan, infrastruktur, dan kommoditi,” kata Nico kepada Liputan6.com.
Sementara untuk strateginya, Nico menekankan hal ini agar disesuaikan sdengan kebutuhan dengan mempertimbngkan pasar yang masih fluktuatif.
"Kalau jangka panjang, tentu buy and hold menjadi pilihan. Kalau dia short term, tentu trading menjadi pilihan. Kalau situasi dan kondisi yang penuh dengan ketidakpastian, tentu hit and run atau trading harian menjadi sebuah pilihan,” pungkas dia.