Sukses

BTN Siap Bangun Tiga Anak Usaha hingga 2022

Untuk merealisasikan pembentukan anak usaha, BTN telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 700 miliar hingga maksimal Rp 1 triliun.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN)/ BTN membeberkan rencana ekspansinya. Direktur Enterprise Risk Management, Big Data & Analytics BTN Setiyo Wibowo mengatakan, perseroan tengah mempersiapkan tiga anak usaha yang siap diakselerasi hingga 2022.

Tiga anak usaha tersebut, antara lain membangun perusahaan teknologi finansial KPR, mendirikan asuransi jiwa dan juga membentuk manajer investasi. Untuk merealisasikan, BTN telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 700 miliar hingga maksimal Rp 1 triliun. 

Untuk menopang kelangsungan tiga anak usaha tersebut, BTN menargetkan perusahaan modal ventura (venture capital) milik perusahaan akan bisa beroperasi pada 2022.

Adapun saat ini, modal ventura tengah dalam proses uji tuntas atau due diligence dan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU).

"Sedang proses due diligence, MOU. Kami melakukan pendalaman detail bisnis model, yang challenge mengenai data. Target develop tahun ini, akhir tahun selesai dan 2022 bisa mulai operasional. Ini adalah bagian dari rencana jangka menengah dan panjang," kata Setiyo Wibowo dalam acara Media Brief Paparan Kinerja per 31 Desember 2020 di Jakarta, Senin (15/2/2021).

Wibowo menuturkan, BTN masih mengkaji lebih lanjut mengenai skema kepemilikan atau pendirian anak usaha tersebut.

"Apakah akuisisi atau bentuk baru, skema-skema itu masih dalam kajian. Kami akan melihat opsi mana yang paling efisien dan menguntungkan," kata Wibowo. 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Belanja Modal BTN pada 2021

Sebelumnya, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) siapkan belanja modal (Capital expenditure/capex) sebesar Rp  900 miliar pada 2021.

Plt. Direktur Utama Bank BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan, 60 persen dari angka tersebut akan dialokasikan untuk pengembangan IT.

"Capex kita hampir Rp  1 triliun, (tepatnya) Rp  900 miliar. 60 persen untuk IT,” kata Nixon dalam acara Media Brief Paparan Kinerja per 31 Desember 2020 di Jakarta, Senin (15/2/2021).

Untuk pembiayaan belanja modal tersebut, Nixon mengaku akan lebih mengandalkan Dana Pihak Ketiga (DPK), ketimbang menerbitkan obligasi. Adapun DPK BBTN hingga kuartal IV/2020 tercatat menguat seiring dengan cost of fund (CoF) yang membaik.

“Kita relatively menahan diri untuk menerbitkan surat utang baru, kecuali bunga jangka panjang memang murah. Yang kita lakukan adalah kita lebih banyak menggantikannya dengan DPK di 2021 ini,” kata Nixon.

DPK bank spesialis pembiayaan perumahan tersebut mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 23,84 persen yoy dari Rp 225,4 triliun pada kuartal IV/2019 menjadi Rp 279,13 triliun di periode yang sama di 2020.

Peningkatan DPK Bank BTN didominasi oleh kenaikan giro sebesar 38,24 persen menjadi Rp 72,04 triliun per kuartal IV/2020. Dengan peningkatan DPK tersebut, loan to deposit ratio (LDR) BBTN pun terus turun ke level 93,19 persen pada kuartal IV/2020 dari 113,50 persen di kuartal IV/2019. CoF perseroan juga terus mencatatkan penurunan menjadi 4,79 persen di kuartal IV/2020 dari 5,68 persen di kuartal IV/2019. 

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Distribution & Retail Funding Jasmin menambahkan, BBTN akan jor-joran melakukan efisiensi dari sisi funding.

Sebelumnya, BBTN telah menutup sekitar 125 kantor cabang. Kali ini, BBTN berencana untuk mengurangi kuantitas rekrutmen pegawai baru. Dengan begitu, Jasmin menargetkan CoF BBTN pada level 4,3 hingga 4,25 persen pada 2021.

"Di akhir tahun nanti kalau bisa CoF kita 4,3 sampai 4,25 persen. Sekarang kan 4,79 persen,” ujar Jasmin.