Sukses

Jurus Pengelola Texas Chicken Bertahan Selama Pandemi COVID-19

Pengelola waralaba Texas Chicken PT Cipta Selera Murni Tbk (CSMI) menyatakan ada 15 gerai yang akan upgrade struktur menu.

Liputan6.com, Jakarta - Pengelola waralaba Texas Chicken, PT Cipta Selera Murni Tbk (CSMI) memiliki beberapa strategi untuk mampu bertahan pada 2021, salah satunya melakukan perubahan menu. Hal ini sebagai inovasi di tengah pandemi COVID-19.

Direktur PT Cipta Selera Murni Radino Miharjo menyebut, Texas Chicken telah menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk upgrade Medan Crunch menjadi menu internasional pada 2021.

"Selain itu kami juga akan melakukan upgrade system pada back office," kata Radino, Rabu (17/2/2021).

Terdapat sekitar 15 gerai yang akan melakukan upgrade struktur menu. Karena setiap toko diperlukan dana hingga Rp1 miliar, perusahaan menegaskan akan pinjam dari bank dengan menggunakan aset sebagai jaminan atau penjualan asset.

Dalam pemaparannya, Radino juga menyebut kinerja laba bersih perusahaan masih negatif  karena terkena dampak pandemi COVID-19. Sehingga, pihaknya masih fokus pada kelangsungan usaha karena melakukan efisiensi untuk operasional.

"Terkait cashflow, tidak ada piutang. Sales yang ada dari cash atau tunai. Bank loan akan melakukan relaksasi, penjadwalan ulang atau reschedulle tagihan supplier dan pengelola serta promosi dan online delivery membantu meningkatkan sales," ujarnya.  

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Penutupan IHSG pada 17 Februari 2021

Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) betah di zona merah pada perdagangan saham Rabu, (17/2/2021). Investor asing masih melakukan aksi jual di pasar saham.

Mengutip data RTI, IHSG melemah 1,03 persen ke posisi 6.227,72. Indeks saham LQ45 turun 1,38 persen ke posisi 946,66. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan. Sebanyak 333 saham melemah sehingga menekan IHSG. Sedangkan 155 saham menguat dan 149 saham diam di tempat.

Pada perdagangan saham Rabu pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.314,55 dan terendah 6.209,31.

Total frekuensi perdagangan saham 1.481.030 kali dengan volume perdagangan saham 17,9 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 13,1 triliun. Investor asing jual saham Rp 47,15 miliar di pasar reguler. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran Rp 13.950.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham perdagangan turun 0,41 persen. Sektor saham industri dasar melemah 2,7 persen, dan catat penurunan terbesar. Diikuti sektor saham aneka industri merosot 1,81 persen dan sektor saham infrastruktur merosot 1,75 persen.

Saham-saham bank catatkan penguatan terbesar atau top gainers antara lain saham BGTG naik 35 persen, saham INPC melonjak 35 persen, saham BVIC mendaki 34,92 persen, saham BABP naik 34 persen, dan saham DNAR meroket 28,89 persen.

Sementara itu, saham-saham yang tertekan antara lain saham PLAN merosot 9,76 persen, saham FILM turun 6,98 persen, saham BOLT susut 6,96 persen, saham AKSI tergelincir 6,9 persen, dan saham CASA susut 6,9 persen.

Saham-saham yang dibeli investor asing antara lain saham BBRI sebanyak Rp 115,6 miliar, saham BTPS sebanyak Rp 27,8 miliar, saham UNTR sebanyak Rp 27,3 miliar, saham ACES sebanyak Rp 14,1 miliar dan saham TOWR sebanyak Rp 12,9 miliar.

Saham-saham yang dijual investor asing antara lain saham BBNI sebanyak Rp 80,4 miliar, saham BMRI sebanyak Rp 75,2 miliar, saham ASII sebanyak Rp 57,8 miliar, saham MNCN sebanyak Rp 23,6 miliar dan saham INKP sebanyak Rp 22 miliar.

Bursa saham Asia cenderung terkoreksi kecuali indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 1,1 persen dan indeks saham Taiwan menguat 3,54 persen. Sementara itu, indeks saham Korea Selatan melemah 0,85 persen, indeks saham Jepang Nikkei susut 0,58 persen, indeks saham Thailand turun 0,37 persen dan indeks saham Singapura tergelincir 0,48 persen.