Liputan6.com, Jakarta - PT Mega Corpora telah mengakuisisi PT Bank Harda Internasional Tbk (BBHI). Direktur Utama PT Bank Mega Tbk Kostaman Thayib mengatakan, akuisisi ini semakin melengkapi ekosistem perbankan di dalam Mega Corpora, perusahaan induk keuangan CT Corpora.
Dengan ekosistem yang lengkap, Kostaman menilai ekosistem ini akan menjangkau berbagai segmen nasabah sehingga diharapkan juga memberi dampak positif pada kinerja Bank Mega.
"Aksi korporasi yang dilakukan Mega Corpora ini menurut saya bertujuan untuk melengkapi ekosistem perbankan yang sudah dimiliki oleh Mega Korpora supaya bisa melayani seluruh segmen customer yang berbeda,” kata dia dalam public expose 2021, Rabu (17/2/2021).
Advertisement
Untuk diketahui, saat ini Mega Corpora memiliki Bank Konvensional yaitu Bank Mega. Kemudian, Bank Mega Syariah, BPD dan ada bank digital yang segmen dari masing-masing entitas tersebut berbeda.
Bank yang tergabung dalam ekosistem Mega Corpora ini tentu akan bergabung dengan ekosistem yang lebih besar lagi, yaitu ekosistem CT corpora untuk memanfaatkan potensi-potensi yang lebih besar lagi.
"Sehingga bank-bank ini bisa mendapatkan peluang yang lebih baik, keuntungan yang lebih banyak untuk menciptakan terjadinya keunggulan kompetitif,” pungkas dia.
Mega Corpora akan akuisisi saham Bank Harda milik pemegang saham mayoritas yaitu PT Hakimputra Perkasa. Perseroan akan mengambilalih 3,08 miliar saham BBHI atau setara 73,71 persen dari modal ditempatkan dan disetor.
Pada 16 Oktober 2020, PT Hakimputra Perkasa selaku pemegang saham mayoritas Bank Harda telah meneken pengikatan jual beli saham sebanyak 3,08 miliar saham.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Laba Bank Mega pada 2020
Sebelumnya, PT Bank Mega Tbk (MEGA) membukukan kenaikan laba bersih sebesar 50,2 persen pada 2020, menjadi Rp 3 triliun dari sebelumnya Rp 2 triliun.
Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib mengatakan, pertumbuhan laba bersih Bank Mega yang sebesar 50 persen ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan pertumbuhan laba bersih perbankan posisi November 2020 yang malah turun 31 persen.
"Dari seluruh bank buku 3 dan bank buku 4 yang telah merilis laporan keuangan tahun 2020, profit Bank Mega sementara berada di urutan keempat terbesar,” kata Kostaman dalam public expose 2021, Rabu (17/2/2021).
Total aset Bank Mega meningkat dari Rp 101 triliun menjadi Rp 112 triliun pada Desember 2020. Meningkat sebesar Rp 11 triliun atau tumbuh sebesar 11 persen yoy. Pertumbuhan total aset Bank Mega lebih besar jika dibandingkan dengan pertumbuhan aset perbankan sebesar 7 persen.
Mengacu laporan keuangan perusahaan, kenaikan laba bersih ini disokong oleh pendapatan bunga bersih (net interest income) sebesar Rp 3,91 triliun, naik 9,2 persen dari sebelumnya 3,58 triliun.
Adapun total kredit pihak ketiga Bank Mega mengalami sedikit penurunan dari Rp 51 triliun menjadi Rp 48 triliun pada Desember. Kredit tersebut merosot Rp 3 triliun, atau sebesar 6 persen yoy.
Hal ini karena kondisi pandemi covid-19 yang mengharuskan bank untuk berhati-hati dan lebih selektif dalam penyaluran kredit.
"Pertumbuhan total kredit Bank Mega lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan kredit perbankan yang turun sebesar 2 persen yoy,” kata Kostaman.
Komposisi kredit Bank Mega pada akhir Desember 2020 terdiri dari credit card 13 persen, retail & commercial 7 persen, joint financing 24 persen dan kredit korporasi sebesar 55 persen.
Sementara itu, total Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Mega meningkat dari Rp 73 triliun menjadi Rp 79 triliun pada Desember 2020. meningkat sebesar 6 t atau tumbuh sebesar 9 persen yoy.
"Pertumbuhan dana pihak ketiga Bank Mega sedikit lebih rendah jika dibanding dengan pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan sebesar 11 persen,” kata Kostaman.
Rinciannya, DPK Bank Mega terdiri dari Giro 11 persen, tabungan 17 persen dan deposito 72 persen.
Advertisement