Sukses

PP Presisi Incar Kontrak Baru Rp 3,7 Triliun pada 2021

Direktur Keuangan PP Presisi Benny Pidakso menuturkan, bila sebagian besar tender yang dikerjakan masih datang dari sisi internal atau grup yang sama.

Liputan6.com, Jakarta - Optimistis ada perbaikan ekonomi pada 2021, target kontrak baru PT PP Presisi Tbk (PPRE)mengalami kenaikan dibandingkan 2020.

Hal itu diungkapkan Direktur Keuangan PP Presisi Benny Pidakso."Jadi di tahun 2021 ini kita berharap bisa mencapai lebih dari Rp3,7 trilun. Kami cukup percaya diri untuk bisa meraih kontrak baru di atas Rp3,7 triliun," kata Benny, Kamis (18/2/2021).

Dalam pemaparannya, Benny juga menjelaskan, emiten berkode PPRE tersebut mampu mendapatkan kontrak baru hingga Rp2,8 triliun.

Meski demikian, Ia mengaku pencapaian tersebut turun dibandingkan 2019."Sampai 2020 kemarin pencapaian kontrak baru 2,8 triliun, ini turun dibandingkan tahun sebelumnya, cuma pencapaian ini masih di atas target yang kami tetapkan di tahun 2020," ujarnya.

Benny juga menuturkan, bila sebagian besar tender yang dikerjakan masih datang dari sisi internal atau grup yang sama.

"Jadi ini cukup suprise di masa pandemi ini. Walaupun memang sebagian besar masih berasal dari grup, karena banyak sekali tender yang besar di tahun 2020 di hold dan cancel," tuturnya.

Salah satu kerja sama yang harus di tunda perusahaan saat pandemi COVID-19 berasal dari kementerian Pekerjaan Umum. "Kami sebenarnya ada tender dengan kementerian PU di tahun 2020 tapi mundur di tahun 2021," kata Benny.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Penutupan IHSG pada 18 Februari 2021

Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di dua zona pada perdagangan saham Kamis, (18/2/2021). Namun, IHSG berbalik arah ke zona merah hingga penutupan perdagangan saham sesi kedua.

Pelemahan IHSG setelah Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 3,5 persen.

Mengutip data RTI, IHSG turun 0,44 persen ke posisi 6.200,30. Indeks saham LQ45 turun 0,63 persen ke posisi 940,67. Seluruh indeks saham acuan tertekan. Sebanyak 256 saham melemah sehingga menekan IHSG. 208 saham menguat dan 165 saham diam di tempat.

Pada perdagangan Kamis pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.281,35 dan terendah 6.200,30. Total frekuensi perdagangan saham 1.278.747 kali dengan volume perdagangan 19,4 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 12,8 triliun.  Investor asing beli saham Rp 323,70 miliar di pasar reguler. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 14.005.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham tertekan yang dipimpin sektor saham industri dasar melemah 2,25 persen. Diikuti sektor saham manufaktur tergelincir 1,4 persen dan sektor saham aneka industri susut 0,96 persen.

Saham-saham yang menguat tajam atau top gainers antara lain saham MARI naik 34,43 persen, saham ABBA melonjak 34,38 persen, saham UNIT mendaki 33,33 persen.

Sementara itu, saham-saham yang tertekan antara lain saham PLAN merosot 9,46 persen, saham JMAS tergelincir 6,94 persen, saham CANI turun 6,91 persen, saham MBTO merosot 6,9 persen, dan saham DGNS susut 6,9 persen.

Pada Kamis pekan ini, investor asing beli saham BBRI sebanyak Rp 294,3 miliar, saham TLKM sebanyak Rp 150,3 miliar, saham BTPS sebanyak Rp 99,1 miliar, saham SIDO sebanyak Rp 22,9 miliar, dan saham UNTR sebanyak Rp 22,9 miliar.

Sementara itu, saham-saham yang dijual investor asing antara lain saham BBCA sebanyak Rp 90,6 miliar, saham ASII sebanyak Rp 79,8 miliar, saham BMRI sebanyak Rp 48,5 miliar, saham BBNI sebanyak Rp 43,3 miliar, dan saham ICBP sebanyak Rp 35,4 miliar.

Bursa saham Asia cenderung tertekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng melemah 1,58 persen, indeks saham Korea Selatan susut 1,2 persen, indeks saham Jepang Nikkei merosot 0,19 persen. Lalu indeks saham Thailand medaki 0,13 persen, indeks saham Shanghai menguat 0,55 persen, indeks saham Singapura turun 0,46 persen dan indeks saham Taiwan mendaki 0,38 persen.