Sukses

Ada Pandemi COVID-19, Penjualan Produsen Makanan Ini Tumbuh 18 Persen

COO Unifam Wishnu Pramuji menegaskan, penjualan perusahaan mengalami pertumbuhan 18 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy).

Liputan6.com, Jakarta - Bila sebagian besar industri mengalami penurunan penjualan akibat pandemi COVID-19 yang terjadi pada 2020, PT United Family Food (Unifam), produsen makanan dan minuman ini justru mengalami pertumbuhan penjualan.

Dalam keterangannya, COO Unifam Wishnu Pramuji menegaskan, penjualan perusahaan mengalami pertumbuhan 18 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy).

"Bila sebagian perusahaan mengalami penurunan penjualan, kami justru mengalami peningkatan 18 persen di tahun 2020. Hal ini terjadi karena perubahan strategi yang kami lakukan," ujar Kamis (25/2/2021).

Wishnu menjelaskan, selama pandemi masyarakat lebih memperhatikan jajanan dan makanan yang akan di konsumsi. Apakah baik untuk kesehatan atau tidak.

"Kami menyadari bila strategi di tahun 2019 harus diubah di tahun 2020. Lalu kami mengetahui bila pola konsumsi masyarakat itu berubah. Mereka lebih peduli akan makanan yang akan dikonsumsi, sehingga menguntungkan kami," ujarnya.

Gencar melakukan ekspansi ke negara lain, Unifam sudah merambah pasar mancanegara, seperti Amerika Serikat, Vietnam, Filipina dan China.

Hingga 2020, peruahaan telah melakukan ekspor ke 20 negara. Sebagai informasi, Unifam memiliki beragam makanan yang dijual di bawah naungannya. Untuk permen, terdapat merek Milkita, Super Zuper dan Jagoan Neon. Terdapat juga Milkita Kental Manis, Pino Ice Cup dan Kiko Ice Stick.

 

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Pandemi COVID-19 Jadi Kesempatan Masyarakat Pakai Teknologi Digital

Sebelumnya, gaya hidup baru harus dilakukan seluruh masyarakat dunia untuk mencegah penularan COVID-19. Tak hanya menggunakan masker dan menjaga jarak, penggunaan teknologi juga harus dilakukan.

Melihat hal ini, Armand Hartono, Wakil Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menjelaskan bila teknologi yang banyak digunakan saat ini sudah ada cukup lama.Hanya saja, pola kehidupan yang berjalan belum bisa melakukan adaptasi terhadap perkembangan teknologi yang tercipta. Namun, hal itu berbeda semenjak ada pandemi COVID-19.

"Saya ingatkan teknologi penting tapi intel inside dan idiot outside percuma. Akan selalu terjadi distrubsi dan ini selalu memaksa kita menggunakan teknologi, contohnya ada distrubsi pandemi," katanya di acara Marketeers Hangout 2021, Kamis, 25 Februari 2021.

Oleh karena itu, Armand juga menyebut, krisis adalah kesempatan manusia untuk mengadopsi sesuatu dengan terpaksa, seperti yang dialami saat ini.

Dalam pemaparannya, Armand menegaskan salah satu contoh yang banyak terjadi saat ini ialah penggunaan video untuk bertatap muka saat harus melakukan rapat penting atau bertemu klien.

"Kita sudah bicara video konferensi sejak 10 tahun lalu. Tapi baru setahun ini tiba-tiba menggunakan ini. Dari dulu saya sudah bicara dengan nasabah, ayo mau enggak kita bertemu melalu video, tapi mereka maunya tetap ketemu. Akhirnya harus terbang 7 jam ke Jayapura, balik lagi ke Jakarta. Tapi hari ini enggak apa-apa lewat video," ujarnya.

Meski demikian, Armand menegaskan bila teknologi juga bisa dikontrol oleh masyarakat. Biasanya hal ini terjadi karena mereka terbiasa menggunakannya setiap hari.

"Tapi ada beberapa hal hal yg kita bisa kontrol, apalagi kalau dibuat komunitas-komunitas, dia gunakan suatu teknologi bareng bareng secara terus menerus sehingga terbiasa," tuturnya.