Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah saham emiten tambang tertekan pada perdagangan saham Kamis, (4/3/2021). Hal itu juga terjadi di tengah laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melemah.
Laju IHSG turun 1,35 persen ke posisi 6.290,79. Sebanyak 314 saham melemah sehingga menekan IHSG. 154 saham menguat dan 163 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan saham 1.604.677 kali dengan nilai transaksi Rp 14 triliun.
Di antara sektor saham, sektor tambang memimpin penurunan dengan susut 2,87 persen. Diikuti sektor keuangan tergelincir 1,79 persen dan sektor saham infrastruktur melemah 1,71 persen.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip data RTI, saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) melemah 7 persen ke posisi Rp 5.650 per saham. Bahkan saham HRUM masuk top losers atau alami penurunan tajam.
Selain itu, saham PT Timah Tbk (TINS) tergelincir 6,9 persen ke posisi Rp 1.890 per saham. Saham TINS dibuka melemah 30 poin ke posisi 2.000 per saham. Saham TINS berada di level tertinggi 2.000 dan terendah 1.890 per saham. Total frekuensi perdagangan 32.907 kali dengan nilai Rp 320,8 miliar.
Saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) susut 6,75 persen ke posisi Rp 5.525 per saham. Pada pembukaan perdagangan, saham INCO merosot 325 poin ke posisi 5.600 per saham. Saham INCO sempat di posisi tertinggi 5.625 dan terendah 5.525 per saham. Nilai transaksi Rp 265,7 miliar.
Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) merosot 6,67 persen ke posisi Rp 2.520 per saham. Saham ANTM dibuka turun 180 poin ke posisi 2.520 per saham.
Saham ANTM berada di level tertinggi 2.590 dan terendah 2.520 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 89.077 kali dengan nilai transaksi Rp 1,2 triliun.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Ada Aksi Ambil Untung
Analis PT Kiwoom Securities, Sukarno Alatas menuturkan, harga saham sejumlah emiten tambang merosot seiring harga komoditas yang sedang turun dan dalam jangka pendek berada di tren melemah seperti emas, timah dan nikel. Hal ini berdampak terhadap saham ANTM, INCO, dan TINS.
“Secara valuasi juga sebenarnya jarha tergolong mahal, sehingga aksi ambil untung dan sell terus dilakukan dengan kondisi tersebut,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menuturkan, investor dapat wait and see jika belum memiliki saham emiten tambang itu. “Untuk jangka pendek masih trading sell dulu, kalau ada barang (saham-red),” kata dia.
Advertisement