Liputan6.com, Jakarta - PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) menaksir total valuasi dari tujuh perusahaan teknologi terbesar di Indonesia mencapai Rp 460 triliun. Jika semua perusahaan tersebut go public, diperkirakan akan turut andil menambah kapitalisasi pasar saham Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Dari tujuh big name seperti Gojek, Tokopedia, Bukalapak, Traveloka, Blibli dan lainnya, ini kalau digabungkan menurut perhitungan kami, estimasi kasar dari kami adalah sekitar Rp 460 triliun," kata Chief Investment Officer at Mandiri Investasi Ali Yahdin Saugi dalam Mandiri Investasi - Market Outlook 2021, Rabu (10/3/2021).
Baca Juga
Dengan angka tersebut, Ali Yahdin Saugi menyebutkan total kapitalisasi pasar saham dalam JCI dapat meningkat 6,6 persen jika tujuh startup tersebut melantai di bursa.
Advertisement
"Dengan IPO company-company ini, maka market cap JCI akan menambah sekitar 6,6 persen," sambung dia.
Sementara, berdasarkan riset yang dilakukan Google, ekspektasi Southeast Asia internet economy akan melebihi USD 100 miliar dan pertumbuhan per tahun bisa mencapai 24 persen hingga 2025.Â
Dengan begitu, Ali menilai jika perusahaan-perusahaan tersebut melantai, maka pasar saham Indonesia akan semakin menarik. "Jadi cukup menarik sekali kalau ada IPO di market Indonesia," kata dia.
Â
Â
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Komisaris BEI Sebut Rencana IPO Unicorn Sudah Tepat
Sebelumnya, Komisaris Bursa Efek Indonesia (BEI) Pandu Sjahrir menyampaikan apresiasi atas rencana unicorn startup (memiliki valuasi lebih dari 1 miliar dolar AS) asal Indonesia untuk melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO).
Pandu menilai, momentum pandemi Covid-19 yang terjadi sejak tahun lalu turut jadi faktor penting di dalam rencana tersebut.
"Memang waktunya cukup pas ya, melihat momentum gara-gara Covid banyak sekali orang berubah dari bisnis offline menjadi online dan ini bisa kelihatan dari performance banyak perusahaan teknologi," ujar Pandu dalam pernyataan menanggapi isu ini.
Menurut dia, saat ini banyak pemain tech startup yang melihat besarnya potensi public market dan menilai bursa sebagai salah satu tempat untuk fund raising ataupun medium untuk berubah menjadi perusahaan publik.
Dia pun meyakini bahwa go public dari unicorn ini dapat mendorong perluasan kapitalisasi pasar bursa karena besarnya valuasi perusahaan-perusahaan tersebut.
"Sekarang banyak sekali teman-teman melihat public market itu mungkin jauh lebih dalam dibandingkan private market, dan untuk sebagian besar perusahaan ini enggak bisa disebut sebagai startup. Mereka sudah merupakan perusahaan yang cukup besar dari sisi kapitalisasi pasar," kata Pandu.
Mengenai opsi apa yang akan diambil unicorn saat IPO nanti, Pandu menegaskan bahwa itu tergantung pada bentuk perusahaan masing-masing.
Namun, Pandu optimistis ada beberapa manfaat yang akan didapatkan perusahaan, jika mereka melantai di bursa Indonesia. Mulai dari sisi founder share, income tax, hingga stakeholder engagement.
"Sebagai perusahaan publik unicorn akan lebih mudah untuk mendapatkan pendanaan-pendanaan lain di luar equity seperti pinjaman dan lain-lain. Jadi itu salah satu positifnya," tutur Pandu.
Seperti diketahui, belakangan ini kabar bahwa perusahaan dengan titel unicorn akan segera melantai ke BEI dalam waktu dekat ramai diperbincangkan.
Hal ini sudah menjadi perhatian Pandu Sjahrir sejak diangkat menjadi Komisaris BEI pada 2020, yang menargetkan kaum milenial untuk berinvestasi di pasar modal.
"Saya ingin menggandeng perusahaan-perusahaan teknologi untuk bisa menjadi emiten di pasar modal kita," kata Pandu.
Â
Advertisement