Sukses

Tanggapan Bank QNB Indonesia Terkait BEI Masih Gembok Perdagangan Saham BKSW

BEI suspensi saham PT Bank QNB Indonesia Tbk (BKSW) dilakukan lantaran saham BKSW meroket secara beruntun sejak awal Maret.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara (suspensi) perdagangan saham PT Bank QNB Indonesia Tbk (BKSW) sejal 5 Maret 2021.

Suspensi ini dilakukan lantaran saham BKSW meroket secara beruntun sejak awal Maret. Pada Senin,1 Maret 2021, BKSW tercatat ditutup pada level 156, naik 34,48 persen, setelah penutupan sebelumnya anjlok 6,45 persen di level 116.

Pada hari berikutnya, Selasa, 2 Maret 2021, saham BKSW kembali ditutup naik 34,61 persen di level 210. Kenaikan ini terus berlanjut Hingga pada perdagangan 5 Maret 2021, saham BKSW ditutup di level 318 atau naik 21,37 persen. 

Direktur Kepatuhan Bank QNB Indonesia, Windiartono Tabingin menuturkan, perseroan tidak memiliki informasi atau fakta atau kejadian penting lainnya yang material, dan dapat mempengaruhi kenaikan.

"Karena sesuai dengan keterbukaan informasi kami sampaikan kami tidak ada corporate action apapun yang akan dilakukan dalam waktu dekat. Khususnya kalau dari range waktu yang ditetapkan oleh Bursa itu sekitar 3 bulan (mendatang), kita nggak ada rencana untuk corporate action,” ujar Windiartono dalam acara Public Expose Insidentil Bank QNB Indonesia, Selasa (16/3/2021).

Bursa sebelumnya sempat melakukan penghentian sementara perdagangan saham BKSW pada 4 Maret 2021. Namun, pada hari berikutnya, suspensi atas perdagangan saham tersebut di pasar reguler dan pasar tunai dibuka kembali mulai perdagangan sesi I tanggal 5 Maret 2021.

Sebelum ada suspensi terhadap saham BKSW, BEI terlebih dahulu memasukkan saham BKSW ke dalam pemantauan Bursa karena telah terjadi peningkatan harga saham yang di luar kebiasaan (unusual market activity/UMA).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Perkuat Modal Inti

Sebelumnya, untuk memperkuat kondisi fundamental, PT Bank QNB Indonesia Tbk telah memenuhi kewajiban modal inti minimum Rp 3 triliun yang akan diterapkan pada 2022. 

Pemenuhan kewajiban ini dilakukan lebih cepat dari yang ditetapkan regulator, yakni berupa penambahan modal yang oleh pemegang saham pengendali QNB Group sebesar USD 30 juta, atau sekitar Rp 442 miliar pada pertengahan Oktober 2020 lalu. Dengan penempatan dana tersebut, modal inti bank menjadi Rp 3,2 triliun per akhir Desember 2020.

"Seiring dengan pandemi Covid-19 dan pelemahan aktivitas ekonomi, kinerja industri perbankan mengalami tekanan signifikan. Menghadapi tantangan tersebut, kami fokus melakukan sejumlah langkah dan penyesuaian strategi untuk memperkuat fundamental bank. Salah satunya dengan penambahan modal oleh pemegang saham pengendali,” ujar Direktur Kepatuhan Bank QNB Indonesia Windiartono Tabingin dalam acara Public Expose Insidentil Bank QNB Indonesia, Selasa (16/3/2021)

Sepanjang 2020, Bank QNB Indonesia menjaga likuiditas tetap sehat. Hal ini tercermin pada loan to deposit ratio (LDR)/rasio intermediasi makroprudensial (RIM) sebesar 97 persen per akhir kuartal IV-2020.

Sementara liquidity coverage ratio (LCR) sebesar 210,2 persen dan net stable funding ratio (NSFR) 108 persen atau di atas ketentuan minimum regulator saat ini 85 persen. 

LCR merupakan rasio untuk mengukur likuiditas jangka pendek, sedangkan NSFR untuk mengukur likuiditas jangka panjang.

Dalam kesempatan yang sama, Chief Financial Officer Bank QNB Indonesia Soemenggrie Jongkamto menuturkan, semua rasio tersebut berada di atas ketentuan regulator dan menunjukkan kondisi likuiditas bank sehat.

Selain itu rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) terjaga pada level yang sehat, yaitu 24,5 persen per akhir Desember 2020 yang disebabkan penambahan modal dari pemegang saham pengendali kami QNB Group.

"Rasio CAR tersebut menunjukkan bank memiliki kemampuan ekspansi yang kuat. QNB Group terus mendukung pengembangan bisnis di Indonesia dan melihat pentingnya pasar ini dalam mendukung pencapaian visinya menjadi institusi keuangan terkemuka di wilayah Timur Tengah, Afrika, dan Asia Tenggara,” tuturnya.