Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah membentuk PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Tbk/BRIS yang telah diluncurkan awal Februari lalu. BSI merupakan hasil penggabungan (merger) tiga bank syariah milik BUMN, yakni Bank Rakyat Indonesia Syariah, Bank Syariah Mandiri dan BNI Syariah.
Sebagai bank hasil penggabungan, pada posisi Desember 2020 Bank Syariah Indonesia memiliki total aset sebesar Rp 240 triliun. Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Inarno Djajadi menilai, BSI bisa menjadi game changer dalam percepatan pengembangan ekonomi syariah di Indonesia.
"Dengan mergernya tiga bank syariah tersebut, BSI bisa menjadi game changer dalam akselerasi implementasi ekosistem ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia," kata dia dalam Webinar Era Baru Pembayaran Syariah, Rabu (17/3/2021).
Advertisement
Baca Juga
Selain itu, sebagai bank hasil merger, Inarno mengatakan BSI dapat menciptakan kekuatan kapital serta perluasan jangkauan dan fasilitas. Hal ini mengingat sebelumnya ketiga bank tersebut memiliki visi dan segmentasi yang berbeda.
Inarno menjabarkan, ekonomi dan keuangan syariah dapat turut mendorong proses pemulihan ekonomi nasional di masa pandemi ini. Dengan dukungan pembiayaan dari lembaga keuangan syariah dibutuhkan untuk menjaga pemulihan di sektor prioritas .
"Dari sisi pemerintah dukungan pembiayaan diwujudkan melalui penerbitan SBSN untuk membiayai pembangunan prasarana publik serta green sukuk untuk mendukung kelestarian lingkungan,” kata dia.
Sementara dari industri perbankan syariah adalah melalui penyaluran pembiayaan atau kredit. Selama tahun 2020, pembiayaan yang disalurkan melalui perbankan syariah tumbuh sebesar 8 persen yoy, lebih tinggi dibandingkan industri perbankan konvensional yang sedang terbang secara total terkontraksi sekitar -2,41 persen yoy.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
5 Kunci Sukses Kembangkan Keuangan Syariah
Sebelumnya, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi membeberkan lima kunci sukses dalam pengembangan keuangan syariah.
Hal ini ia ungkapkan dalam Webinar Era Baru Pembayaran Syariah di Indonesia yang digelar hari ini.
"Jika melihat ke berbagai negara, terdapat lima key succes faktor dalam mendorong pengembangan ekonomi dan keuangan syariah suatu negara,” kata dia, Rabu, 17 Maret 2021.
Lima kunci yang dimaksud, antara lain yang pertama, yaitu pertama adalah dukungan penuh dari pemerintah. Kedua, dicanangkan sebagai program nasional. Ketiga, adalah badan khusus untuk koordinasi lintas otoritas.
Kemudian yang keempat adalah fokus memanfaatkan keunggulan kompetitif suatu negara, dan kelima yakni strategi nasional mencakup reformasi struktural pemerintah maupun para paradigma masyarakat.
"Di Indonesia pemerintah telah memberikan dukungan nyata melalui peluncuran masterplan ekonomi syariah Indonesia sebagai program dan strategi nasional oleh Bapak Presiden Republik Indonesia pada tanggal 14 Mei 2019,” kata Inarno.
Dukungan pemerintah lainnya, yakni pembentukan komite nasional ekonomi dan keuangan syariah sebagai badan khusus untuk koordinasi lintas otoritas. Komite ini bertujuan untuk memperluas pengembangan dan sinergi antara ekonomi syariah dengan keuangan syariah nasional .
Dengan demikian, kata Inarno, pengembangan ekonomi dan keuangan syariah dapat lebih dipercepat dan diperluas demi memperkuat ketahanan ekonomi nasional.
"Sebagai hasilnya berbagai upaya nyata pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia, pada 2-3 tahun terakhir telah menempatkan Indonesia sebagai the best five pelaku ekonomi syariah global,” ia menambahkan.
Hal tersebut terlihat dari peringkat Global Islamic Economic Indicator Indonesia yang naik menjadi peringkat 4 dunia pada 2020 dari sebelumnya peringkat 10 pada 2018.
“Selain itu hampir seluruh sektor prioritas ekonomi syariah seperti misalnya halal food, modest fashion, muslim trendy travel, Itu semua adalah masuk dalam peringkat 10 besar Global,” ujar dia.
Inarno menambahkan, dari sisi pasar modal syariah Indonesia juga meraih penghargaan the best Islamic capital maerket pada ajang penghargaan International Global Islamic Finance Award secara berturut-turut dalam 2 tahun terakhir.
Adapun ekonomi dan keuangan syariah dapat turut mendorong proses pemulihan ekonomi nasional pada masa pandemi COVID-19. Hubungan pembiayaan dari lembaga keuangan syariah dibutuhkan untuk menjaga pemulihan di sektor prioritas .
“Dari sisi pemerintah dukungan pembiayaan diwujudkan melalui penerbitan SBSN untuk membiayai pembangunan prasarana publik serta green sukuk untuk mendukung kelestarian lingkungan,” ungkap dia.
Sementara dari industri perbankan syariah, antara lain melalui pnyaluran pembiayaan atau kredit. Dalam catatannya, Inarno membeberkan selama 2020, pembiayaan yang disalurkan melalui perbankan syariah tumbuh sebesar 8 persen yoy, lebih tinggi dibandingkan industri perbankan konvensional yang sedang terbang secara total terkontraksi sekitar -2,41 persen yoy.
"Selain itu pembentukan Bank Syariah Indonesia (BSI) yang secara resmi telah diluncurkan pada tanggal 1 Februari 2021 lalu tentunya menciptakan framing kekuatan Capital serta perluasan jangkauan dan fasilitas. Mengingat sebelumnya ketiga bank yang dimerger tersebut memiliki visi dan segmentasi yang berbeda-beda,” tutur dia.
Dengan mergernya ketiga bank tersebut, lanjut Inarno, diharapkan BSI dapat menjadi game changer dalam akselerasi implementasi ekosistem dan keuangan syariah di Indonesia.
Advertisement