Sukses

Saham Emiten Bank Mini ARB Berjamaah, Kok Bisa?

Pada perdagangan saham 16 Maret 2021, saham emiten bank mini kembali tertekan dan menyentuh auto rejection bawah (ARB).

Liputan6.com, Jakarta - Awal 2021, fenomena Auto Reject Bawah (ARB) berjamaah acap mewarnai pasar modal tanah air. Pada akhir Januari lalu, 10 saham top losers terpantau berada pada level ARB.

Adapun Bursa Efek Indonesia (BEI) telah memberlakukan ARB sebesar 7 persen dalam Jakarta Automated Trading System (JATS) dan akan berlaku bagi semua harga saham sejak 13 Maret 2020.

Direktur & Chief Investment Officer Jagartha Advisors, Erik Argasetya menilai, fenomena ARB berjamaah terjadi karena banyaknya minat investor ritel yang hanya sekadar ‘ikut-ikutan’ para influencer membeli saham di bursa.

"Bahkan banyak investor yang hingga meminjam dana untuk membeli saham dengan ekspektasi harga naik,” kata dia kepada Liputan6.com, Rabu (17/3/2021).

Namun, lanjut Erik, saat harga saham tersebut turun, investor ritel ini tidak mempunyai dana untuk membayar pinjaman tersebut hingga terjadi forced sell

Terbaru, ARB berjamaah menimpa delapan emiten bank mini pada perdagangan Selasa, 16 Maret 2021. Bank mini ini memiliki modal inti Rp 1 triliun-Rp 5 triliun. Bank mini yang sahamnya menyentuh ARB antara lain:

 - PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA), -6,45 persen ke 725

- PT Bank Ganesha Tbk (BGTG), -6,54 persen ke 200

- PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB), -6,67 persen ke 560

- PT Bank Victoria International Tbk (BVIC), -6,72 persen ke 250

- PT Bank Bisnis Internasional Tbk (BBSI), -6,85 persen ke 2.040

- PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (INPC), -6,88 persen ke 298

- PT Bank Harda Internasional Tbk (BBHI), - 6,91 persen ke 1.820

- PT Bank Jago Tbk. (ARTO), -6,91 persen ke 10.100

Untuk fenomena seperti ini, Erik mengimbau agar sebaiknya investor tetap mempelajari terlebih dahulu fundamental dan kondisi saham emiten yang akan dibeli.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

6 Saham Emiten Bank Mini Rontok pada 15 Maret 2021

Sebelumnya, di tengah koreksi laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG),  sejumlah saham emiten bank mini ikut melemah pada perdagangan saham Senin, 15 Maret 2021. Emiten bank mini memiliki modal inti Rp 1 triliun-Rp 5 triliun.

Meski terkoreksi, saham emiten bank mini masih mencatatkan kenaikan tajam sepanjang 2021. Hal ini seiring sentimen bank digital turut dongkrak sejumlah saham emiten bank mini.

Mengutip data RTI, saham PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) melemah 6,97 persen ke posisi Rp 374 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 1.635 kali dengan nilai transaksi Rp 5,6 miliar. Meski saham AMAR koreksi, sepanjang 2021, saham  AMAR sudah naik 31,69 persen.

Selain itu, saham PT Bank Ganesha Tbk (BGTG) susut 6,96 persen ke posisi Rp 214 per saham. Total frekuensi perdagangan saham sebanyak 500 kali dengan nilai transaksi Rp 2 miliar.

Saham BGTG sudah melemah dalam tiga hari berturut-turut sejak 10 Maret 2021. Meski demikian, sepanjang 2021, saham BGTG melambung 189,19 persen.

Lalu saham PT Bank Victoria Internasional Tbk (BVIC) merosot 6,94 persen ke posisi Rp 268 per saham. Saham BVIC sudah turun dalam dua hari berturut-turut.

Saham BVIC melemah sejak pembukaan penghentian perdagangan (suspensi) saham BVIC pada 12 Maret 2021. Saham BVIC sempat kena suspensi pada 2 Maret 2021. Sepanjang 2021, saham BVIC meroket 135,09 persen.

Saham PT Bank Harda Internasional Tbk (BBHI) koreksi 6,9 persen ke posisi Rp 1.955 per saham. Total frekuensi perdagangan 303 kali dengan nilai transaksi Rp 1,5 miliar. Saham BBHI sudah terkoreksi selama tiga hari berturut-turut sejak 10 Maret 2021. Saham BBHI sempat kena suspensi pada 1 Maret dan 4 Maret 2021. Sepanjang 2021, saham BBHI melonjak 361,08 persen.

Kemudian ada saham PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) tergelincir 6,88 persen ke posisi Rp 298 per saham. Saham DNAR sudah merosot sejak 5 Maret 2021. Selama enam hari perdagangan, saham DNAR tertekan.  Akan tetapi, saham DNAR masih catatkan penguatan 72,25 persen sepanjang 2021.

Saham PT Bank Bisnis Internasional Tbk (BBSI) susut 6,81 persen ke posisi Rp 2.190 per saham.  Saham BBSI melemah sejak perdagangan saham pada 8 Maret 2021. Di sisi lain, saham BBSI sudah naik 163,86 persen sepanjang 2021.

Sementara itu, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,53 persen ke posisi 6.324,25. Sebanyak 233 saham melemah sehingga menekan IHSG. 253 saham menguat dan 153 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan saham 1.212.371 kali dengan nilai transaksi Rp 11,2 triliun.