Sukses

Saham Bank Berguguran, Wall Street Bervariasi Sambut Akhir Pekan

Pada penutupan perdagangan wall street, Jumat, 19 Maret 2021, indeks saham Dow Jones melemah 234,33 poin atau 0,7 persen menjadi 32.627,97.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam menyambut akhir pekan. Indeks saham Dow Jones dan indeks saham S&P 500 melemah setelah imbal hasil obligasi AS karena kebijakan bank sentral AS atau the Federal Reserve sehingga memicu aksi jual di sektor saham keuangan.

Pada penutupan perdagangan wall street, Jumat, 19 Maret 2021, indeks saham Dow Jones melemah 234,33 poin atau 0,7 persen menjadi 32.627,97. Saham Visa dan JP Morgan menekan indeks saham Dow Jones.

Indeks saham S&P 500 turun 0,1 persen ke posisi 3.913,10. Indeks saham Nasdaq naik 0,8 persen ke posisi 13.215,24 karena investor melakukan aksi beli setelah saham teknologi tertekan. Saham Facebook naik 4 persen, sedangkan Amazon dan Netflix masing-masing naik 1,5 persen.

Pada Jumat pekan ini, bank sentral AS menolak memperpanjang aturan yang melonggarkan rasio  modal tambahan untuk bank selama pandemi COVID-19.

Aturan tersebut akan berakhir pada akhir Maret. Aturan yang mengizinkan bank untuk menahan modal lebih sedikit terhadap treasury atau surat berharga AS dan kepemilikan lainnya  diterapkan untuk menenangkan pasar obligasi selama krisis dan mendorong bank untuk memberikan pinjaman.

Keputusan tersebut dapat memiliki beberapa efek buruk. Pelaku pasar telah diperingatkan, jika sebagai tanggapan bank menjual sebagian dari kepemilikan obligasi. Hal itu bisa mendorong imbal hasil lebih tinggi pada saat kenaikan suku bunga yang cepat sudah membuat takut investor.

"Ini adalah kekecewaan bagi investor kalau the Fed memutuskan untuk tidak memperpanjangnya,” ujar Chief Investment Officer Rockefeller Global Family Office, Jimmy Chang, dilansir dari CNBC, Sabtu (20/3/2021).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

Keputusan the Fed Picu Aksi Jual

Ia menuturkan, ada banyak harapan sejak beberapa minggu lalu kalau the Federal Reserve akan memperpanjang pengurangan Supplementary Leverage Ratio (SLR) atau rasio likuiditas wajib untuk bank-bank besar mengingat kebutuhan untuk menyerap begitu banyak penerbitan surat berharga.

Keputusan the Federal Reserve mendorong aksi jual saham bank. Saham JP Morgan dan Goldman Sachs masing-masing turun lebih dari satu persen. Sementara itu, Wells Fargo turun 2,9 persen. Saham Bank of America tergelincir satu persen. Sebelumnya saham bank mendapatkan dorongan pada awal pekan karena kenaikan suku bunga.

Sementara itu, imbal hasil obligasi melambung dari posisi terendah setelah pengumuman tersebut. Imbal hasil treasury bertenor 10 tahun berbalik menguat ke posisi 1,7 persen, yang dekati level tertinggi dalam 14 bulan. Suku bunga acuan mulai 2021 di bawah satu persen.

"Kecepatan naik ke tingkat ini terlalu cepat untuk kenyamanan. Saat imbal hasil bergerak lebih tinggi, lebih sulit untuk membenarkan valuasi yang meningkat,” ujar Chang.

Adapun meningkatnya imbal hasil obligasi yang dapat menandakan kepercayaan tentang pemulihan ekonomi juga dapat membuat saham masuk kategori growth stock menjadi kurang menarik bagi investor.

3 dari 3 halaman

Wall Street Melemah Selama Sepekan

Selama sepekan, indeks saham Dow Jones dan S&P 500 masing-masing turun 0,5 persen dan 0,8 persen pada pekan ini.  Indeks saham Nasdaq susut 0,8 persen pada pekan ini.

“Ketakutan besar adalah beberapa bank mungkin menolak pinjaman karena mereka mungkin kesulitan menyisihkan lebih banyak modal. Wall street akan ikuti lelang treasury yang akan datang dan jika bunga bank rendah, aksi jual di pasar obligasi dapat meningkat,” ujar Analis Onada, Edward Moya.

Saham FedEx melonjak 6 persen setelah perusahaan tersebut mengalahkan harapan untuk kinerja kuartal III tahun fiskal. Saham Nike merosot hampir 4 persen setelah pendapatan kuartal ketiga lebih lemah dari yang diantisipasi.

Saham Visa turun 6,2 persen setelah sebuah laporan mengatakan Departemen Kehakiman telah membuka penyelidikan terhadap bisnis kartu debit dan kemungkinan praktik anti persaingan.