Sukses

Memilih Investasi Saat Era Suku Bunga Acuan Rendah

Direktur & Chief Investment Officer Jagartha Advisors, Erik Argasetya menuturkan, alokasi investasi tetap harus disesuaikan dengan profil risiko dari setiap investor.

Liputan6.com, Jakarta - Bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed) telah mengumumkan untuk menahan suku bunga acuan pada level 0-0,25 persen. Kebijakan suku bunga rendah ini diambil untuk mendukung pemulihan ekonomi AS. 

Menyusul pengumuman tersebut, imbal hasil atau yield treasury (obligasi) AS tenor 10 tahun melonjak 1,7 persen, dan merupakan level tertinggi dalam 14 bulan.

Dari dalam negeri, Bank indonesia (BI) memutuskan untuk menahan tingkat suku bunga di level 3,50 persen. Hal ini dimaksudkan agar dapat memicu pertumbuhan inflasi yang saat ini di bawah rata-rata.

Sejalan dengan tren penurunan suku bunga ini, apa sajakah instrumen investasi yang menarik di tengah suku bunga yang rendah saat ini?

Direktur & Chief Investment Officer Jagartha Advisors, Erik Argasetya menuturkan, alokasi investasi tetap harus disesuaikan dengan profil risiko dari setiap investor.

“Imbal hasil (yield) obligasi yang sudah naik saat ini cukup menarik bagi investor yang menginginkan potensi return yang lebih pasti,” kata dia kepada Liputan6.com, Sabtu (20/3/2021).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Modal Minim

Sementara, prospek saham dengan kondisi makro ekonomi yang mengarah ke arah pemulihan juga dapat memberikan potensi pertumbuhan dan dividen yang baik untuk ke depan.

Namun, bagi Anda yang memiliki modal minim atau terbatas, Erik menyarankan untuk memilih produk reksa dana.

"Jika dana yang diinvestasikan terbatas, maka produk reksa dana dapat memberikan diversifikasi yang baik terhadap berbagai kelas aset yang berbeda dikelola secara profesional oleh manajer investasi,” kata Erik.

Di sisi lain, Head of Research Panin Sekuritas, Nico Laurens menyebutkan dampak dari keputusan bank sentral tersebut terbilang netral, dan masih positif untuk beberapa sektor.

"Dampaknya neutral, masih positive buat properti, otomotif sama company-company dengan debt tinggi seperti konstruksi,” kata dia.