Sukses

Moody's Turunkan Peringkat Jadi B3, Saham SRIL Melemah 1,77 Persen

Saham PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) melemah 1,77 persen ke posisi Rp 222 per saham.

Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL), emiten tekstil ini bergerak di zona merah pada perdagangan saham Selasa, (23/3/2021).

Mengutip data RTI, saham PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) melemah 1,77 persen ke posisi Rp 222 per saham. Saham SRIL dibuka stagnan di posisi Rp 226 per saham. Saham SRIL berada di level tertinggi 226 dan terendah 220. Total frekuensi perdagangan saham 2.628 kali dengan nilai transaksi Rp 10,7 miliar.

Penurunan saham SRIL terjadi di tengah laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melemah. IHSG melemah 0,77 persen ke posisi 6.252,71. IHSG berada di level tertinggi 6.342 dan terendah 6.245.

Sebanyak 357 saham melemah sehingga menekan IHSG. 151 saham menguat dan 129 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan saham 1.230.979 kali dengan volume perdagangan saham 19,6 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 11 triliun. Investor asing jual saham Rp 195,05 miliar di pasar reguler.

Selain itu, pelemahan saham SRIL juga terjadi di tengah lembaga pemeringkat internasional Moody’s Investors Service telah menurunkan peringkat corporate family (CFR) SRIL menjadi B3 dari B1.

Moody’s juga telah menurunkan peringkat menjadi B3 dari B1 untuk surat utang senior tanpa jaminan senilai USD 150 juta yang jatuh tempo pada 2024. Surat utang itu diterbitkan Golden Legacy Pte Ltd dan dijamin tanpa syarat dan tidak dapat ditarik kembali oleh Sritex dan anak perusahaannya.

Kemudian surat utang senior tanpa jaminan senilai USD 225 juta yang jatuh tempo pada 2025 yang diterbitkan oleh Sritex dan dijamin tanpa syarat dan tidak dapat ditarik kembali oleh semua anak perusahaan yang beroperasi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 3 halaman

Dalam Peninjauan

Semua peringkat tetap dalam peninjauan untuk penurunan lebih lanjut.

"Penurunan peringkat mencerminkan likuiditas Sritex yang terus menerus lemah dan meningkatnya risiko pembiayaan kembali karena penundaan yang berkelanjutan dan material lebih lanjut dengan pelaksanaan perpanjangan pinjamannya,” ujar Analis Moody’s Stephanie Cheong seperti dikutip dari laman Moody’s.

Kajian penurunan lebih lanjut mencerminkan berlanjutnya ketidakpastian terkait dengan rencana pembiayaan kembali. Tinjauan peringkat akan fokus pada kemajuan Sritex untuk menangani utang jatuh tempo yang akan datang. Tinjauan akan difokuskan antara lain:

1.Kemajuan diskusi Sritex dengan para pemberi pinjaman untuk memperpanjang tanggal jatuh tempo pinjaman sindikasi.

2.Kemajuan diskusi Sritex dengan pemberi pinjaman tentang pinjaman bilateral baru.

3.Kemampuan Sritex memperbarui lini modal kerja jangka pendek yang akan berakhir hingga 2021.

4.Manajemen modal kerja Sritex dan kemampuan untuk menghasilkan arus kas

5.Pelaksanaan rencana pendanaan alternatif

Moody’s berharap peninjauan tersebut dapat diselesaikan dalam waktu 60 hari.

SRIL menghadapi risiko pembiayaan kembali yang tinggi karena posisi likuiditasnya yang lemah dan utang jatuh tempo dalam jumlah besar untuk beberapa kuartal ke depan.

Ketergantungan perseroan pada perbankan untuk kebutuhan pembiayaan kembali membuat perseroan rentan terhadap kondisi pendanaan yang melemah di tengah sentimen negatif sektor tekstil di Indonesia.

Pada 2 November 2020, SRIL mengajukan permintaan kepada pemberi pinjaman untuk perpanjangan dua tahun atas pinjaman sindikasi senilai USD 350 juta yang jatuh tempo pada Januari 2022.

Pemberi pinjaman memiliki waktu hingga 1 Maret 2021, perpanjangan dari tenggat waktu pertama pada 2 Februari untuk menanggapi permintaan tambahan. Namun, kesepakatan pasti untuk perpanjangan dua tahun belum muncul sehingga makin membebani profil kredit SRIL.

Saat ini, perusahaan telah menegosiasikan pengaturan pembiayaan kembali dengan pemberi pinjaman yang ada untuk mengatasi potensi kesenjangan pendanaan. Namun, kesepakatan pasti belum dibuat.

Moody’s menyebutkan kepemilikan kas SRIL sebesar USD 159 juta pada 30 September 2020. Arus kas bebas yang diharapkan sekitar USD 50 juta selama 15 bulan ke depan tidak akan cukup untuk menutupi kewajiban utang. Hal itu antara lain, pertama, pinjaman sindikasi USD 350 juta yang jatuh tempo pada Januari 2022.

Kedua, surat utang USD 65 juta dengan nilai USD 40 juta telah dibayarkan pada kuartal IV 2020 dan USD 25 juta akan jatuh tempo pada kuartal II 2021. Ketiga, USD 15 juta dari pembayaran amortisasi utang. Keempat, modal kerja jangka pendek USD 174 juta pada 30 September 2020.

3 dari 3 halaman

Faktor Lainnya

Sementara itu, faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan peringkat, antara lain jika SRIL berhasil mengatasi utang jatuh tempo yang akan datang dan secara material meningkatkan likuiditas dan struktur utangnya.

Di sisi lain, Stephanie menuturkan, peringkat kemungkinan akan diturunkan lebih lanjut jika SRIL gagal menerapkan rencana pembiayaan kembali yang konkret dalam waktu dekat atau jika likuiditas SRIL semakin memburuk antara lain karena saldo kas turun, utang modal jangka pendek, hilangnya akses ke modal kerja dan jika modal kerja gagal untuk ditarik selama beberapa kuartal berikutnya.