Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih betah di zona merah pada perdagangan saham sesi pertama pada Rabu (24/3/2021). Hal itu seiring tekanan bursa saham Asia dan wall street.
Mengutip data RTI, pada pukul 10.12 WIB, IHSG melemah 0,85 persen atau 54 poin atau 0,87 persen ke posisi 6.199. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,79 persen. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan.
Sebanyak 331 saham melemah sehingga menekan IHSG. 108 saham menguat dan 144 saham diam di tempat. Pada sesi pertama, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.239,54 dan terendah 6.1717,68.
Advertisement
Baca Juga
Total frekuensi perdagangan saham 456.585 kali dengan nilai transaksi Rp 3,4 triliun. Total volume perdagangan saham 6,3 miliar saham. Investor asing jual saham Rp 95,93 miliar di pasar reguler.
Saham-saham yang masuk top gainers antara lain saham IKAN naik 30,11 persen, saham MPRO melonjak 27,36 persen, dan saham SKLT naik 25 persen. Sementara itu, saham-saham yang melemah antara lain saham DCII turun 6,97 persen, saham LPLI tergelincir 6,9 persen dan saham INPS susut 6,85 persen.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menuturkan, bursa saham global dan regional sedang terkoreksi sehingga menyeret IHSG ke zona merah. Saat ini, menurut Wawan level support kuat IHSG di 6.200. Pihaknya berharap level itu tidak tertembus. Wawan menilai, penurunan IHSG masih wajar.
"Secara year to date pun kita masih positif, masih ontrack untuk akhir tahun kembali ke level 6.600,” ujar dia.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), 23 Maret 2021, IHSG tumbuh 4,58 persen secara year to date (ytd) ke posisi 6.252,71.
Wawan menambahkan sentimen kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat mempengaruhi pergerakan rupiah. Dengan demikian, strategi yang dapat diambil investor untuk bisa fokus kepada saham kapitalisasi besar yang terkoreksi. "Bagaimana pun di Indonesia dengan program vaksinasi yang baik kita berharap pada perbaikan aktivitas ekonomi," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Dampak Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Tekan IHSG?
Sementara itu, terkait Menteri Keuangan Sri Mulyani yang sebut proyeksi ekonomi Indonesia diprediksi masih minus 1 persen hingga minus 0,1 persen pada kuartal I 2021, Analis PT MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menuturkan, hal tersebut sesuai konsensus.
Pihaknya menilai hal tersebut tidak terlalu berdampak signifikan ke IHSG. Lantaran kondisi ekonomi yang turun tidak selalu diikuti dengan pasar saham yang turun.
"Namun demikian, memang keadaan market sedang tidak baik karena secara teknikal pun kami melihat IHSG masih rentan terkoreksi, terlebih kemarin IHSG break support 6.268,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menegaskan, IHSG memasuki fase koreksi meski tidak ada pengumuman pertumbuhan ekonomi. “Kami melihat target koreksi terdekat di area 6.220-6.240. Namun demikian, kami memiliki dua skenario di mana koreksinya terbatas dan IHSG mampu break resistance 6.400 dan 6.505 maka fase akan uptren kembali,” kata dia.
Sedangkan dari sentimen global, pihaknya melihat dari pergerakan harga komoditas yang mempengaruhi pergerakan emiten dan bursa saham Asia.
Advertisement