Liputan6.com, Jakarta - Menjadi salah satu perusahaan berbasis Environment, Social, dan Governance (ESG), PT Barito Pacific Tbk (BRPT) menyebut, pertumbuhan investor di sektor ini meningkat signifikan.
"Investor berkembang 3 hingga 4 kali lipat. Jadi memang ESG invesment sangat meningkat, dan ini baru saja mulai," kata Presiden Direktur PT Barito Pacific Tbk Agus Salim Pangestu, secara virtual, Kamis (25/3/2021).
Di awal kemunculannya, Agus menyebut banyak pihak yang memandang sebelah mata sistem yang dilakukan perseroan tersebut. Pada tahun 90 an, emiten berkode BRPT tersebut sudah fokus menanam kayu untuk menjaga kelestarian alam.
Advertisement
Baca Juga
"Barito itu dari 90 an fokus di sektor ini, kita awalnya bidang kayu dan kita tanam kayu di Indonesia. Banyak yang ketawa, buat apa tanam kayu padahal bisa menebang di hutan," ujarnya.
Namun, sejak 2010, salah satu anak perusahaan Barito Pacific sudah mulai mengangkat isu green bonds, hal inilah yang membuat sejumlah investor percaya dan mulai melirik bisnis yang dijalankan.
"Bukan hanya dari Barito tapi kami juga mendapatkan suport dari pemerintah, bahkan PLN juga terus melakukan suport dan ingin kita semakin berkembang," tuturnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Rencana Bisnis Barito Pacific
Sebelumnya, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai USD 8,34 miliar, setara Rp 112 triliun (Kurs 14.009 per USD). Belanja modal tersebut akumulasi untuk pembiayaan proyek BRPT lima tahun mendatang.
Direktur PT Barito Pacific Tbk David Kosasih menuturkan, belanja modal tersebut akan dialokasikan untuk pengembangan tiga proyek strategis perseroan. Antara lain proyek pembangkit listrik Jawa 9 & 10, pengembangan kompleks petrokimia Chandra Asri Petrochemical II (CAP II), dan pengembangan unit eksplorasi baru Salak Binary.
"Beberapa tahun ke depan kita memiliki target pertumbuhan yang jelas. Di antaranya adalah pengembangan unit eksplorasi baru dari Star Energy yaitu Salak Binary. Ini adalah kapasitas pengembangan sebesar 15 MW yang kita harapkan selesai di 2022,” kata David dalam diskusi virtual, Sabtu, 6 Februari 2021.
Adapun total pembiayaan proyek pembangkit listrik Jawa 9 & 10 sebesar USD 3,3 miliar. Sementara pengembangan CAP II USD 5 miliar, dan Salak Binary sebesar USD 40 juta.
"Jawa 9 & 10 (selesai) di 2025, dan saat ini sedang dalam tahap persiapan untuk pabrik petrokimia kompleks yang kedua. secara desain nanti kapasitasnya lebih besar dari kompleks yang pertama kurang lebih 15 persen lebih besar. saat ini masih dalam tahap persiapan, secara timeline itu kita harapkan realisasi dan selesai di 2025,” kata David.
Advertisement