Sukses

Begini Cara Barito Pacific Terapkan Sistem ESG

Presiden Direktur PT Barito Pacific Tbk, Agus Salim Pangestu menyebut bila pihaknya akan melakukan subsidi silang untuk menerapkan pengelolaan sistem ramah lingkungan.

Liputan6.com, Jakarta - Berkomitmen terus menjalankan prinsip-prinsip bisnis yang berbasis lingkungan, sosial dan tata kelola (environmental, social and governance atau ESG), PT Barito Pacific Tbk (BRPT) memiliki sejumlah cara menerapkan hal ini.

Presiden Direktur PT Barito Pacific Tbk, Agus Salim Pangestu menyebut bila pihaknya akan melakukan subsidi silang untuk menerapkan pengelolaan sistem ramah lingkungan.

"Pertama kita lihat pasar dulu, kalau kita lihat ESG, pandangannya itu lebih banyak ke S dan G. Perlu diperhatikan kalau benar-benar green energy itu memang agak sulit," katanya secara virtual, Kamis (25/3/2021).

Sejumlah anak perusahaan Barito yang lebih ramah lingkungan diakui Agus akan membeli kredit yang dihasilkan anak perusahaannya yang lebih banyak menghasilkan gas buang.

"Di Barito itu kita sadar ada green, ada yang tidak bisa green. Jadi industri yang tidak bisa green itu dibeli kreditnya oleh perusahaan yang green. Uang ini nantinya untuk investasi sektor green yang baru," ujarnya.

Untuk mengetahui hal ini, Barito Pacific menggunakan sistem hitungan emisi, sehingga bisa saling suport membeli kredit yang dihasilkan dan membentuk investasi baru yang lebih ramah lingkungan.

"Sebisa mungkin Barito memakai cara itungan emisi untuk saling suport dan membeli kredit di dalam grup," tuturnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Rencana Bisnis Barito Pacific

Sebelumnya, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai USD 8,34 miliar, setara Rp 112 triliun (Kurs 14.009 per USD). Belanja modal tersebut akumulasi untuk pembiayaan proyek BRPT lima tahun mendatang.

Direktur PT Barito Pacific Tbk David Kosasih menuturkan, belanja modal tersebut akan dialokasikan untuk pengembangan tiga proyek strategis perseroan. Antara lain proyek pembangkit listrik Jawa 9 & 10, pengembangan kompleks petrokimia Chandra Asri Petrochemical II (CAP II), dan pengembangan unit eksplorasi baru Salak Binary.

"Beberapa tahun ke depan kita memiliki target pertumbuhan yang jelas. Di antaranya adalah pengembangan unit eksplorasi baru dari Star Energy yaitu Salak Binary. Ini adalah kapasitas pengembangan sebesar 15 MW yang kita harapkan selesai di 2022,” kata David dalam diskusi virtual, Sabtu, 6 Februari 2021.

Adapun total pembiayaan proyek pembangkit listrik Jawa 9 & 10 sebesar USD 3,3 miliar. Sementara pengembangan CAP II USD 5 miliar, dan Salak Binary sebesar USD 40 juta.

"Jawa 9 & 10 (selesai) di 2025, dan saat ini sedang dalam tahap persiapan untuk pabrik petrokimia kompleks yang kedua. secara desain nanti kapasitasnya lebih besar dari kompleks yang pertama kurang lebih 15 persen lebih besar. saat ini masih dalam tahap persiapan, secara timeline itu kita harapkan realisasi dan selesai di 2025,” kata David.