Sukses

Saham Nike hingga Burberry Sempat Merosot di Bursa Global, Ada Apa?

Kekhawatiran investor itu mendorong saham Nike turun lebih dari tiga persen pada perdagangan saham Kamis pekan ini di wall street.

Liputan6.com, Jakarta - Investor khawatir terhadap perusahaan termasuk H&M, Nike, Adidas dan Burberry sehingga membuat saham perusahaan-perusahaan itu tertekan. Perusahaan-perusahaan  tersebut dinilai telah terperangkap di tengah badai politik China.

Kekhawatiran investor itu mendorong saham Nike turun lebih dari tiga persen pada perdagangan saham Kamis pekan ini di wall street. Sementara itu, saham Adidas melemah lebih dari enam persen di Bursa Frankfurt. Saham Burberry susut lebih dari empat persen di London, dan saham H&M juga susut hampir dua persen di Swedia.

Tekanan terhadap sejumlah saham itu seiring peritel menghadapi boikot. Hal ini seiring sebelumnya ada dugaan penggunaan kerja paksa untuk memproduksi kapas di Barat Xinjiang, China untuk AS.

Sentimen tersebut juga mendorong selebritas China memutuskan kontrak dan akan memutuskan hubungan dengan merek tersebut. Sementara itu, H&M, peritel pakaian terbesar kedua di dunia telah ditarik dari situs e-niaga utama.

Kemarahan itu dipicu oleh unggahan media sosial dari sebuah kelompok yang memunculkan kembali pernyataan yang dibuat H&M pada September tentang laporan kerja paksa di Xinjiang.

Sanksi baru-baru ini dari Amerika Serikat (AS) dan negara-negara barat atas Xinjiang telah memicu penolakan baru dari pemerintah China. Meski demikian, Analis Bernstein Aneesha Sherman menuturkan, pukulan balik di China terhadap perusahaan kemungkinan telah berlalu.

Saham H&M naik 1 persen pada awal perdagangan saham Jumat pekan ini. Sementara itu, saham Nike menguat 1,5 persen dalam pra pembukaan perdagangan.

Kejadian tersebut kembali mengingatkan tantangan yang dihadapi merek-merek dari Barat saat mendekati masyarakat China. “Ini posisi yang sulit dikelola karena mereka tidak bisa benar-benar mundur pada sikap mereka, tetapi pada saat yang sama mereka ingin memastikan tidak meninggalkan pelanggan China,” ujar Shemarn, dilansir dari CNN, Minggu (28/3/2021).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Ketegangan AS-China

China menyumbang sekitar lima persen dari penjualan H&M pada 2019. Sheman memperkirakan angka itu tumbuh sekitar 10 persen pada 2020 seiring ekonomi China pulih lebih cepat dari COVID-19 dari pada pasar dalam negerinya di Eropa.

“Dalam tahun seperti ini, bahkan memangkas lima persen dari garis atas adalah sukses ketika H&M mencoba pulih,” ujar dia.

Sherman menambahkan merek-merek mewah seperti Burberry bahkan lebih terekspos. Burberry bahkan dalam laporan tahunannya terbaru disebutkan,

Ketegangan AS-China yang menjadi sorotan selama era mantan Presiden AS Donald Trump belum hilang. Pemerintahan AS di bawah pimpinan Presiden AS Joe Biden dan sekutunya mengambil tindakan keras dengan Beijing sehingga menciptakan tantangan bagi perusahaan barat yang beroperasi di China.

“Itu mempengaruhi merek-merek ini. Ditambah lagi pekan ini hanya akan memperkuat tangan pesaing lokal yang lebih menyentuh selera daerah dan dapat menghindari kontroveri yang ditimbulkan secara fisik.