Liputan6.com, Jakarta - Akhir pekan lalu terjadi ledakan bom yang terjadi di Makassar. Kemudian mengawali pekan ini, kilang minyak Balongan milik PT Pertamina (Persero) terbakar.
Meski demikian, Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia, Budi Frensidy menyebut tak ada pengaruh signifikan dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akibat peristiwa ini. Ia menyebut pergerakan IHSG masih kurang maksimal.
"Saya pikir 6.100 sampai 6.200 an wajar ya. Enggak terlalu bisa berharap banyak juga karena laporan keuangan (sebagian emiten) jelek," kata dia kepada Liputan6.com, Senin (29/3/2021).
Advertisement
Baca Juga
Budi juga menjelaskan, setelah penurunan IHSG yang terjadi minggu lalu, harus ada katalis positif yang mampu mendorong laju pergerakan IHSG. Hal inilah yang belum banyak terjadi.
"Setelah adanya penurunan untuk naik secara signifikan harus ada katalis positifnya, ini katalis positifnya belum banyak. Saya perhatikan vaksin juga masih sedikit," ujarnya.
Selain itu, Budi menyebut, laporan keuangan sebagian besar emiten juga mengalami penurunan akibat pandemi yang terjadi tahun lalu dibandingkan laporan yang dirilis pada 2019.
"Semoga vaksin cepat menjangkau semua kalangan, karena kalau saya lihat bergerak relatif lambat karena keterbatasan impor vaksin. Itu juga kurang positif sebagai katalis," tutur dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Penutupan IHSG pada Sesi I
Sebelumnya, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu bertahan di zona hijau pada sesi pertama perdagangan saham, Senin (29/3/2021). Aksi beli investor asing mendukung penguatan IHSG.
Mengutip data RTI, IHSG naik 0,30 persen atau 18,43 poin ke posisi 6.214. Indeks saham LQ45 naik 0,48 persen ke posisi 943,33. Sebagian besar indeks saham acuan menguat. Sebanyak 249 saham menghijau sehingga mengangkat IHSG. 224 saham melemah dan 146 saham diam di tempat.
Pada sesi pertama, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.230,99 dan terendah 6.197,91. Total frekuensi perdagangan saham 605.880 kali dengan volume perdagangan saham 8 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 4,9 triliun. Investor asing beli saham Rp 68,32 miliar di pasar reguler. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran Rp 14.369.
Sebagian besar sektor saham menghijau kecuali sektor saham pertanian susut 0,79 persen, sektor saham tambang melemah 1,07 persen dan sektor saham konstruksi susut 0,65 persen.
Sementara itu, sektor saham industri dasar naik 2,25 persen, sektor saham manufaktur menguat 1,19 persen dan sektor saham barang konsumsi naik 0,71 persen.
Saham-saham yang masuk top gainers antara lain saham SNLK naik 34,67 persen, saham PTIS melonjak 24,43 persen, saham YPAS naik 24,38 persen, saham LCKM mendaki 21,60 persen, dan saham DGIK melambung 18,87 persen.
Sedangkan saham-saham yang masuk top losers antara lain saham PLAN turun 10 persen, saham INPS melemah 7 persen, saham POLL tergelincir 6,98 persen, saham CBMF susut 6,94 persen, saham BNBA melemah 6,93 persen.
Saham-saham yang dibeli investor asing pada awal pekan ini antara lain saham BBRI sebanyak Rp 110,6 miliar, saham BMRI sebanyak Rp 13,8 miliar, saham GGRM sebanyak Rp 13,2 miliar, saham UNTR sebanyak Rp 12,2 miliar, dan saham TLKM sebanyak Rp 12,1 miliar.
Saham-saham yang dijual investor asing antara lain saham BBTN sebesar Rp 15,9 miliar, saham ARTO sebesar Rp 12 miliar, saham BBCA sebesar Rp 12 miliar, saham JPFA sebesar Rp 8,3 miliar dan saham EMTK sebesar Rp 7,5 miliar.
Bursa saham Asia sebagian besar menguat. Indeks saham Hong Kong Hang Seng dan Kospi masing-masing turun 0,54 persen dan 0,26 persen. Sementara itu, indeks saham Jepang Nikkei naik 0,28 persen, indeks saham Thailand mendaki 0,96 persen, indeks saham Shanghai menguat 0,34 persen.
Selain itu, indeks saham Singapura melambung 0,62 persen dan indeks saham Taiwan naik 1,12 persen.
Advertisement