Sukses

Investor Saham Syariah Aktif Transaksi Saat Pandemi COVID-19

Data per Desember 2020 menunjukkan, investor saham syariah sebanyak 26.500 investor dengan nilai transaksi mencapai Rp 5,48 triliun.

Liputan6.com, Jakarta - Selama pandemi berlangsung, Bursa Efek Indonesia (BEI) justru kebanjiran investor baru. Investor tersebut termasuk investor syariah yang juga mencatatkan peningkatan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.

Kepala Divisi Pasar Modal Syariah BEI Irwan Abdalloh memaparkan, data per Desember 2020, investor saham syariah sebanyak 26.500 investor dengan nilai transaksi mencapai Rp 5,48 triliun.

"Setiap bulannya ketika pandemi justru adalah lebih tinggi dari ketika kondisi normal di 2019. Baik dari nilai maupun dari investor syariah yang aktif,” kata Irwan dalam diskusi virtual 1 Dekade Kebangkitan Pasar Modal Syariah, Rabu (7/4/2021).

Irwan menilai, melemahnya perekonomian selama pandemi memicu munculnya investor baru. Dalam kondisi ketidakpastian yang tinggi, investor cenderung akan tergiur untuk membeli saham di harga murah dibandingkan harga pada kondisi normal.

Kendati sudah ada vaksinasi yang mungkin akan menekan ketidakpastian pasar, Irwan mengatakan pasar modal syariah akan tetap mencatatkan pertumbuhan investor.

“Pertanyannya, apakah kondisi (kenaikan) itu terjadi (lagi) di 2021 ketika vaksin sudah mulai ada, ini menjadi diskusi yang menarik nantinya. Tetapi apa yang terjadi di Januari-Februari 2021 adalah (pertumbuhan) yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan januari-februari 2020,” kata Irwan.

Adapun sampai dengan Februari 2021, tercatat sudah ada 17.117 investor syariah yang aktif dengan nilai transaksi sebesar Rp 2,5 triliun. Jauh lebih tinggi dibandingkan jumlah investor syariah Februari 2020 sebesar 8.680 investor dengan nilai transaksi Rp 470 miliar.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Indeks Saham Syariah Melesat

Indeks saham syariah terpantau bertengger pada posisi teratas, mengalahkan indeks lainnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Menariknya, kondisi ini berbanding terbalik dengan situasi sebelum pandemi dengan indeks saham syariah berada di posisi terendah dibandingkan indeks lainnya.

“Selama masa pandemi dari 2 Maret sampai 31 Maret 2021, ternyata indeks saham syariah Indonesia itu kinerjanya dengan indeks yang lain cukup bersaing. Meskipun tidak signifikan tetapi cukup bersaing dengan indeks yang lain,” ujar Kepala Divisi Pasar Modal Syariah BEI Irwan Abdalloh dalam diskusi virtual 1 Dekade Kebangkitan Pasar Modal Syariah, Rabu, 7 April 2021.

Sebagai gambaran, sebelum pandemi atau dua bulan pertama pada 2020, indeks saham syariah ISSI, JII 70 dan JII bertengger pada posisi tiga terbawah dan mencatatkan kontraksi masing-masing 16,5 persen, 18,4 persen, dan 19,1 persen.Sementara per 2 Maret 2021, ketiga indeks tersebut melejit, dipimpin oleh ISSI dengan pertumbuhan 13,9 persen. DIsusul JII 70 12,3 persen, dan JII di posisi keempat setelah IHSG dengan pertumbuhan 7,8 persen.

Selain pulihnya kinerja indek saham syariah, pasar modal syariah (PMS) mengalami pertumbuhan yang konsisten. Tercatat, sepanjang 2020 terdapat 51 emiten baru, dengan 38 di antaranya merupakan saham syariah.

“Ini menarik. Jadi 75 persen dari emiten baru tahun 2020 adalah saham syariah,” kata Irwan.

Dalam lima tahun terakhir saham syariah memang mengalami pertumbuhan yang konsisten, sejalan dengan total saham baru yang juga meningkat. Pada 2016, tercatat ada 331 saham syariah, 365 pada 2017, 399 pada 2018 dan 429 saham syariah pada 2019.

Namun di 2020, jumlah saham syariah mengalami penurunan tipis yakni tercatat ada 424 saham. Sementara hingga 31 Maret 2021, sudah ada 434 yang tercatat di bursa dengan kapitalisasi pasar mencapai 3.439 triliun.