Liputan6.com, Jakarta - Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 resmi melarang mudik Lebaran 2021. Hal ini tertuang dalam Surat Edaran (SE) Nomor 13 Tahun 2021 tentang Peniadaan Mudik Hari Raya Idul Fitri Tahun 1442 Hijriah dan Upaya Pengendalian Penyebaran Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Selama Bulan Suci Ramadan 1442 Hijriah. SE tersebut ditandatangani Ketua Satgas Doni Monardo pada tanggal 7 April 2021 yang akan berlaku mulai 6 hingga 17 Mei 2021.
Hal ini lantas memicu berbagai reaksi dari banyak pihak. Menengok pada kondisi tahun lalu, pengetatan sosial yang bertepatan dengan momentum ramadan berimbas signifikan pada kegiatan ekonomi.
Akibatnya pendapatan sejumlah perusahaan juga tersendat. Terbukti pada laporan keuangan sejumlah perusahaan pada kuartal II-2020 yang terkoreksi. Kinerja perusahaan yang terkoreksi umumnya akan berimbas pada pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di bursa.
Advertisement
Baca Juga
Namun, Analis Panin Sekuritas, William Hartanto menilai IHSG tak banyak terpengaruh oleh sentimen tersebut. Hal ini karena pembatasan sosial saat ini tak seketat tahun lalu ketika pandemi baru masuk tanah air.
"Pengaruh terhadap IHSG saya kira enggak ada, atau lebih tepatnya nggak signifikan, tapi bisa menurunkan prospek terhadap emiten transportasi, yang mana selama ini dijagokan juga karena kenaikan trafik mudik,” kata William kepada Liputan6.com, Kamis (8/4/2021).
William menambahkan, sentimen tersebut juga tak akan berlangsung lama. Alasannya, masyarakat kemungkinan sudah mudik lebih awal. Sehingga kenaikan trafik akan tetap terjadi. Bahkan, William menilai tanpa adanya mudik sekalipun, arus perjalanan termasuk yang melewati jalan tol tetap berlangsung.
"Jadi kesimpulannya, efek terhadap IHSG mungkin enggak terlihat. Tapi efek ke emiten transportasi bisa terasa,” kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Transaksi Harian Saham Bakal Sepi Saat Ramadan
Sementara itu, Investment Information Head Mirae Asset Sekuritas Roger M.M memprediksi nilai transaksi bursa saham akan terpangkas menjadi kisaran Rp 9 triliun per hari, turun dari rerata Januari, Februari, serta Maret yang masing-masingnya Rp 20 triliun, Rp 15 triliun, dan Rp 10 triliun per hari.
"April ada kemungkinan turun tipis menjadi sekitar Rp 9 triliun per hari, faktor puasa juga biasanya akan membuat nilai transaksi harian lebih lesu dibandingkan dengan sebelumnya,” ujar Roger.
Dia juga memprediksi IHSG terkonsolidasi downtrend sebagai support 5.892 - 5.735 serta resisten 6.195 - 6.281. Roger mengatakan, ada dua faktor positif yang dapat mendukung pergerakan IHSG ke depannya, tetapi masih akan terdilusi oleh satu faktor negatif yaitu kondisi makroekonomi.
Advertisement