Sukses

Penjualan Ritel Februari 2021 Turun 18,1 Persen Bikin IHSG Lesu

Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 2 persen ke posisi 5.948,56 pada penutupan perdagangan saham Senin, 12 April 2021.

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah tajam pada perdagangan saham Senin, (12/4/2021). Aksi jual investor asing menekan laju IHSG.

Mengutip data RTI, IHSG merosot 2 persen ke posisi 5.948,56. Indeks saham LQ45 melemah 2,61 persen ke posisi 882,81. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan. Sebanyak 379 saham melemah sehingga menekan IHSG. 123 saham menguat dan 137 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan saham 1.089.012 kali dengan volume perdagangan saham 16,1 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 9,6 triliun. Investor asing jual saham Rp 521 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di ksiaran Rp 14.552.

Secara sektoral, 10 sektor saham tertekan. Sektor saham konstruksi susut 3,45 persen, dan catat penurunan terbesar. Diikuti sektor saham aneka industri tergelincir 3,07 persen dan sektor saham tambang melemah 2,39 persen.

Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, IHSG melemah seiring pelaku pasar merespons negatif kinerja penjualan ritel di Indonesia pada Februari 2021 menjadi -18,1 persen. Selain itu,  kenaikan kasus baru COVID-19 secara global juga menjadi sentimen negatif pelaku pasar.

Menjelang Ramadan transaksi cenderung sepi, sehingga dinilai turut menekan IHSG. "Jelang Ramadan, biasanya transaksi bursa menjadi sepi dan menyebabkan terjadinya koreksi indeks,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

IHSG Masih Volatile pada Kuartal II 2021

Sementara itu, Head of Investment Research PT Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menuturkan, sentiment global dan domestik menekan IHSG. Dari global, bursa saham Asia mengalami koreksi menekan IHSG.

Di sisi lain, imbal hasil obligasi AS kembali naik setelah sempat turun. Wawan menuturkan, sentiment itu membuat dolar AS menjadi menarik sehingga menekan rupiah. “Ini membuat asing kembali nett sell,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com lewat pesan singkat.

Ia menambahkan, dari dalam negeri, pelaku pasar merespons negatif keputusan pemerintah mewajibkan pelaku usaha membayar tunjangan hari raya (THR).

"Keputusan pemerintah untuk THR harus dibayar penuh di saat tekanan pandemi juga direspons negatif untuk cash flow emiten,” kata dia.

Wawan prediksi, laju IHSG masih volatile pada kuartal II 2021. Hal ini mengingat masih menunggu aktivitas bisnis kembali pulih.

"Kabar seperti pasokan vaksin yang dikhawatirkan tertunda, pelarangan mudik masih membuat tekanan pada ekspektasi pendapatan emiten,” ujar dia.

Wawan mengatakan, level 6.000 masih menjadi posisi support kuat untuk IHSG pada pada 2021.