Liputan6.com, Jakarta - PT Wika Realty selaku anak perusahaan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (Wika) akan menawarkan saham publik perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia pada 2023. IPO akan dilakukan setelah proses penataan holding perhotelan BUMN selesai.
Direktur Utama PT Wijaya Karya Tbk, Agung Budi Waskito mengungkapkan, keputusan untuk lebih dahulu memprioritaskan pembentukan holding ketimbang IPO ini lantaran kinerja sektor pariwisata dan hotel dinilai masih cukup tertekan sebagai dampak pandemi COVID-19. Alhasil, dalam kurun dua tahun ini dinilai bukan momentum yang tepat untuk melakukan IPO.
"Sehingga pada tahun 2021 sampai 2022 kita lakukan lebih renovasi beberapa hotel," ucap dia dalam webinar bertajuk Mengukur Infrastruktur, Rabu (14/4/2021).
Advertisement
Baca Juga
Renovasi meliputi peningkatan standar prasarana dan sarana dari hotel level bintang 3 menjadi bintang 4. "Ada juga dari hotel (bintang) 3 yang akan kita jadikan bintang 5," imbuh dia.
Dengan renovasi itu, Agung berharap akan memantapkan persaingan hotel milik Wika Realty di bisnis penginapan tanah air. Menyusul ada perbaikan prasarana dan sarana yang untuk menarik konsumen.
"Sehingga di 2022 hotel holding sudah menjadi pendapatan baik untuk Wika Realty. Jadi, kita akan merencanakan IPO di 2023 awal kira-kira," tegas dia menekankan.
Â
Reporter: Sulaeman
Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Kontrak Baru Wijaya Karya
Sebelumnya, Pandemi yang terjadi tahun lalu membuat PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mengalami penurunan kontrak kerja baru. Hal ini membuat Direktur Utama Wika Agung Budi Waskito optimistis untuk meningkatkan target kontrak kerja baru pada 2021.
"Tahun 2019 kita mendapatkan Rp41,17 triliun kontrak baru. Pada tahun 2020 kita akui dengan adanya pandemi otomatis mempengaruhi kontrak baru dan mengalami penurunan. Untuk 2020 kami hanya mendapatkan kontrak baru Rp23,37 triliun," ujar dia, Rabu (14/4/2021).
Pada 2021, Agung menegaskan pihaknya telah evaluasi sehingga target kontrak kerja baru yang ditetapkan mencapai Rp40,12 triliun.
"Dengan evaluasi kami tahun 2021 kami menargetkan kembali ke Rp40 triliun. Ada beberapa hal yang mendorong tingkat optimis kami di antaranya, adanya proyek pemerintahan," ujar dia.
Selain itu, Agung juga menyebut proyek BUMN yang tidak terkena imbas pandemi COVID-19 sudah mulai melakukan lelang. Oleh karena itu pihaknya optimistis kinerja keuangan sepanjang 2021 juga bisa mengalami perbaikan.
"Memang pandemi ini membuat Wika jatuh bangun, tapi kami akan tetap bangun terus. Kita ada portofolio yang berbeda dari induk dan anak usaha sehingga kalau katakan saat ini Realty mati, kita masih ada Wika beton, precast, dan lain-lain sehingga sampai saat ini kita masih tetap eksis," tuturnya.
Terkait pendapatan WIKA berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 322,34 miliar pada 2020. Angka ini ditopang oleh penjualan sebesar Rp 16,54 triliun sesuai laporan keuangan hingga 31 Desember 2020.
Catatan tersebut mencerminkan keberhasilan Wijaya Karya dalam merealisasikan laba bersih 54,81 persen lebih tinggi dari review target Perseroan akibat penyebaran pandemi COVID-19.
Adapun kontribusi terbesar dari penjualan didapat dari sektor infrastruktur dan gedung yang kemudian diikuti secara berturut-turut oleh sektor industri, energi & industrial plant serta properti.
Advertisement